Di masa lalu, darah pernah mengalir di atas pasir panas yang dikelilingi tribun batu. Sorak-sorai ribuan penonton menggema, menyaksikan gladiator bertarung melawan sesama atau hewan buas. Itulah wajah El Jem di Tunisia pada abad ke-3 Masehi, tepatnya sekitar tahun 238 M atau di masa pemerintahan Kaisar Gordian I.
Kala itu, Kota El Jem dikenal sebagai Thysdrus, yang merupakan salah satu lokasi penting dalam Kekaisaran Romawi. Amfiteater ini mencerminkan kemajuan teknik arsitektur Romawi dan kebutuhan masyarakat akan hiburan, termasuk pertunjukan gladiator dan acara publik lainnya.
Kini, suasana itu sudah berganti rupa. Arena yang dulu riuh kini senyap, hanya sesekali terdengar langkah wisatawan yang menuruni tangga batu. Dari tribun yang sudah aus, pemandangan ke arena terbuka lebar. Matahari Tunisia yang terik memantulkan cahaya ke dinding-dinding lengkung, menghadirkan siluet megah yang seolah menolak dikalahkan waktu.
kumparan menyambangi El Jem pada Selasa, 4 September 2025 lalu. Dari Tunis (Ibu Kota Tunisia), jaraknya sekitar 200 kilometer. Kami ke sana dengan mobil selama tiga jam perjalanan. Begitu tiba, bangunan raksasa dari batu kapur itu berdiri megah di tengah kehidupan sehari-hari masyarakat yang sederhana.
Harga tiket masuk per orangnya sebesar 12 Dinar Tunisia atau sekitar Rp 68 ribu. Masih terbilang murah untuk hitungan turis internasional. Sementara untuk pelajar, harga tiketnya hanya 2 Dinar Tunisia atau sekitar Rp 11 ribu.
Di kanan dan kiri bangunan itu, kedai teh atau kopi berjejer di jalan. Sementara warga lokal hilir mudik menggunakan sepeda. Kehidupan di sini seolah berjalan sangat lambat. Semua kontras dengan monumen Romawi yang menjulang angkuh di belakangnya.
Dibangun untuk menampung hingga 35 ribu penonton, El Jem adalah salah satu amfiteater terbesar di dunia Romawi. Tak heran jika UNESCO menetapkannya sebagai situs warisan dunia sejak 1979.
Pengunjung yang datang ke El Jem dipersilakan menapaki anak tangga untuk sampai ke tribun atas. Dari atas, nantinya pengunjung dapat menikmati lanskap Kota El Jem—Ya namanya memang sama dengan amfitater. El Jem adalah sebuah kota kecil yang tenang di wilayah Mahdia, Tunisia tengah.
Dari atas, tampak jalanan utamanya memang sederhana, dipenuhi rumah-rumah bergaya khas Tunisia dengan dinding putih dan pintu biru. Kehidupan sekali lagi bergerak lambat. Pedagang lokal dari kejauhan terlihat menjajakan kerajinan tangan, maupun kefiyeh untuk para turis.
Menyusuri tribun El Jem ibarat melangkah ke lorong waktu. Ada yang sibuk memotret, ada yang duduk terdiam, ada juga yang memandangi setiap sudut-sudut bebatuan bangunan tersebut. Seolah tengah merasakan masa lalu yang hadir di masa kini.
Tentu mengunjungi El Jem bukanlah sekadar melihat reruntuhan Romawi. Ia adalah perjalanan menyusuri sejarah, menapaki jejak gladiator, dan pada akhirnya menyadari bahwa di balik setiap kejayaan, selalu ada keheningan yang akan abadi.