
Demo menolak kebijakan Presiden AS Donald Trump terjadi di sejumlah wilayah di Amerika Serikat. Aksi yang diberi nama "No Kings" tersebut digelar di antaranya di Time Square New York, Boston, Philadelphia, Atlanta, Denver, Chicago, dan Seattle.
Massa aksi begitu meriah. Mereka memakai kostum hingga membawa poster bertuliskan "No Kings" bergambar mahkota.
Terkait aksi protes itu, Trump tidak berbicara apa pun. Namun dalam media sosial Truth, ia membagikan sebuah video yang disebuat AFP dibuat dengan AI.
Video tersebut menunjukkan jet tempur bertuliskan "King Trump" lepas landas. Jet dipiloti oleh Trump yang mengenakan mahkota. Dari pesawat tersebut Trump menjatuhkan benda seperti kotoran kepada pendemo.
Sementara itu, Mike Johnson, jubir DPR AS dari partai republik menyebut demo itu sebagai anti-Amerika. "Kalian akan membawa bersama, para Marxis, Sosialis, pembela Antifa, anarkis, dan sayap pro-Hamas dalam faksi kiri Partai Demokrat," kata Mike kepada media.
Demo di 50 Negara Bagian AS

Demo No Kings digelar di seluruh 50 negara bagian AS. Dilansir AFP, organisator demo memperkirakan ada jutaan orang yang turun jalan, membentang dari ujung timur New York ke ujung barat Los Angeles, melintasi tengah-tengah AS hingga ke kampung halaman Trump di Florida.
"Ini adalah wujud dari demokrasi!" kata seorang demonstran di dekat gedung Capitol, Washington.
"Donald Trump harus pergi!" kata demonstran lainnya. Mereka membawa banyak bendera, ada bendera AS, hingga bendera manga One Piece, ada salah satu demonstran yang mengibarkan bendera AS secara terbalik, tanda kedaruratan.
Para demonstran menilai Trump punya kebijakan tangan besi. Salah satunya dengan menyerang media, menyerang lawan-lawan politik, hingga menangkapi imigran yang tak terdokumentasi.

"Saya enggak pernah menyangka, saya akan melihat hari kematian demokrasi di negeri ini," kata Colleen Hoffman, seorang pensiunan berusia 69 tahun kepada AFP.
"Ini adalah krisis, rezim ini rezim otoriter. Saya rasanya enggak bisa tinggal diam," sambungnya.
Sementara Paolo (63), menolak demonstrasi ini adalah bentuk kebencian mereka terhadap AS.
"Lihat!, kalau ini kebencian, maka seseorang harus kembali ke sekolah dasar," ucapnya. Ia turun ke jalan di Washington.
Penyebutan bahwa demo ini memuat kebencian justru dinilai sebagai langkah polarisasi.
"Begini, soal yang orang-orang kanan bilang: saya tidak peduli, mereka membenci kami," kata Tony (34) seorang software engineer.
Di luar Capitol, demonstran ini ditemui senator progresif Bernie Sanders yang mengingatkan demokrasi di bawah Trump.
"Kita punya presiden yang ingin kekuatan lebih dalam genggamannya, dan genggaman oligarki," ucapnya.