
PT Pertamina (Persero) turut berkontribusi dalam menyukseskan visi Asta Cita dalam satu tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dengan memperkokoh ketahanan energi nasional. BUMN energi ini mampu menjaga ketersediaan energi dalam negeri di tengah dinamika geopolitik yang mengancam pasokan energi global.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri menegaskan, Pertamina akan terus berkomitmen menjamin pasokan energi. Hal ini tercermin pada kinerja operasional yang terus menunjukkan tren positif, terutama di sektor hulu migas yang menjadi tulang punggung ketahanan energi nasional.
“Saat ini, Pertamina mengelola 24 persen wilayah kerja operator migas di Indonesia. Kami terus menjalankan amanah Pemerintah dengan berperan sebagai pemain kunci dalam upaya menjaga ketahanan energi di tengah meningkatnya kebutuhan energi nasional,” ujar Simon.
Simon mengungkapkan, pembuktian kontribusi atas ketahanan energi ditandai dengan produksi migas Pertamina terus meningkat yang kini mencapai 1,04 juta barel setara minyak per hari (MMBOEPD), yang terdiri dari produksi minyak 557 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2,8 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) per semester 1 tahun 2025.

Tidak hanya produksi, Pertamina juga mendorong anak usaha sektor hulu untuk agresif memperkuat cadangan untuk mendapat sumberdaya energi baru, baik melalui kegiatan Survei Seismik 3D maupun pengeboran sumur eksplorasi.
Hasilnya, Pertamina mendapat tambahan sumberdaya 2C (contingent resources) dengan realisasi 2C Validation sebesar 804 juta barel setara minyak (MMBOE) dan menambah cadangan migas terbukti (P1) sebesar 63 juta barel setara minyak (MMBOE).
Produksi dan cadangan migas Indonesia akan semakin kuat dengan tuntasnya proyek strategis Pertamina antara lain pengembangan Stasiun Pengumpul Akasia Bagus (SP ABG) EP, Proyek Sisi Nubi, Proyek CEOR lapangan minas di Area A Stage-1 dan proyek Lapangan OO-OX.
“Capaian tersebut semakin menguatkan posisi Pertamina sebagai kontributor utama produksi migas nasional, untuk minyak 69 persen dan gas 37 persen, sehingga dapat lebih optimal memasok kebutuhan energi nasional,” tambah Simon.
Secara simultan lanjutnya, Pertamina juga berupaya mewujudkan swasembada energi dengan mengembangkan energi baru terbarukan. Selama satu tahun pemerintahan Prabowo – Gibran, Pertamina berhasil melakukan inovasi teknologi untuk pengembangan produk bahan bakar rendah karbon.

Hal tersebut telah dibuktikan dengan keberhasilan kilang Pertamina dalam memproduksi Sustainable Aviation Fuel berbasis Minyak Jelantah (Used Cooking Oil/UCO) dan implementasi Biodiesel 40 persen (B40).
Di sisi lain, Pertamina melalui anak usaha dari Subholding Pertamina New and Renewable Energy, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) saat ini mengelola kapasitas terpasang sebesar 727 MW dari enam wilayah operasi. PGE fokus dalam mewujudkan target 1 GW dalam 2–3 tahun ke depan dan 1,7 GW pada 2034.
Beyond electricity, PGE meluncurkan Pilot Project Green Hydrogen (Hidrogen Hijau) Ulubelu. Pertamina membangun ekosistem green hydrogen secara end-to-end, mulai dari produksi, distribusi, hingga pemanfaatannya untuk mendukung transisi menuju industri rendah karbon.

“Capaian tersebut semakin menunjukkan komitmen Pertamina dalam menyediakan energi bersih dan menambah pasokan secara berkelanjutan di masa depan,”ujarnya.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target net zero emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.