
Ketika bicara soal pembangunan, yang sering muncul di benak adalah proyek fisik: jalan tol, pelabuhan, dan gedung bertingkat. Namun, ada satu aspek krusial yang sering luput dari sorotan: pendidikan.
Dalam kerangka ekonomi pembangunan, pendidikan dipandang sebagai investasi jangka panjang yang berdampak langsung pada kualitas sumber daya manusia (SDM), produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut laporan UNESCO Global Education Monitoring (2023), setiap tambahan satu tahun masa sekolah pada populasi usia produktif dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara sebesar 0,37% per tahun.
Indonesia pun telah menetapkan agenda pendidikan sebagai salah satu prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024. Dalam laporan Bappenas, disebutkan bahwa peningkatan kualitas pendidikan menjadi pilar pertama pembangunan manusia.
"Negara yang maju adalah negara yang SDM-nya terdidik. Pendidikan bukan sekadar hak dasar, tapi pondasi ekonomi jangka panjang,"
— Prof. Anies Baswedan, mantan Mendikbud dan akademisi.
Masih Ada PR: Kesenjangan Akses dan Mutu
Meski akses pendidikan dasar di Indonesia sudah tergolong tinggi, tantangan besar masih ada di aspek mutu dan pemerataan. Data dari Kemdikbudristek (2024) menunjukkan bahwa 47% sekolah dasar di daerah tertinggal masih mengalami kekurangan guru dan fasilitas.
Selain itu, berdasarkan laporan PISA (Programme for International Student Assessment) 2022, skor rata-rata literasi, numerasi, dan sains siswa Indonesia masih berada di bawah rata-rata OECD, meskipun terdapat tren perbaikan.
"Tantangan kita hari ini bukan hanya membawa anak ke sekolah, tapi memastikan mereka belajar dengan efektif,"
— Nadiem Makarim, Mendikbudristek RI.
Pendidikan Vokasional dan Daya Saing
Pembangunan ekonomi modern juga membutuhkan tenaga kerja yang siap pakai dan terampil. Karena itu, pendidikan vokasi menjadi sorotan utama dalam strategi pembangunan Indonesia.
Program seperti SMK Pusat Keunggulan dan Kampus Merdeka bertujuan menjembatani dunia pendidikan dengan kebutuhan industri. Pemerintah menargetkan peningkatan rasio tenaga kerja terampil hingga 60% pada 2030 sebagai bagian dari strategi menuju Indonesia Emas 2045.
Pendidikan dan Mobilitas Sosial
Pendidikan juga terbukti menjadi alat paling efektif untuk memutus rantai kemiskinan lintas generasi. Studi Bank Dunia (2021) menyebut bahwa anak dari keluarga miskin yang menyelesaikan pendidikan tinggi berpeluang 3 kali lebih besar keluar dari kemiskinan dibanding yang hanya lulusan SD.
"Pendidikan adalah eskalator sosial paling ampuh. Tanpa pendidikan, pembangunan hanya akan melanggengkan ketimpangan,"
— Dr. Chatib Basri, ekonom dan mantan Menteri Keuangan.
Penutup
Pembangunan ekonomi bukan hanya tentang membangun fisik, tapi juga membangun pikiran. Investasi pada pendidikan hari ini akan menentukan siapa yang akan memimpin perekonomian Indonesia di masa depan. Infrastruktur bisa dibangun dalam 5 tahun, tapi manusia unggul dibentuk seumur hidup.