
PENGAMAT pertanian dari Center of Reform on Economics (CORE) Eliza Mardian menyebut kenaikan harga eceran tertinggi (HET) beras medium merupakan penyesuaian harga akibat kenaikan harga di masyarakat.
"Karena kalau HET tidak disesuaikan, pedagang yang jual di atas HET takut dijerat hukum. Padahal mereka juga harus dapat margin agar dagangnya untung," katanya, Rabu (27/8).
Selain itu, lanjutnya, kebijakan pembelian gabah menjadi Rp6.500 per kg, di satu sisi jadi angin segar bagi petani yang sudah dua dekade hidup marginal. "Karena nilai tukar petani pangan langsung membaik dibandingkan dua dekade terakhir karena ada kebijakan penyesuaian gabah," jelasnya.
Namun di sisi lain kebijakan tersebut membuat harga di hilir harus mengalami penyesuaian. Pasalnya setiap pelaku usaha di setiap rantai distribusi tidak mau mengurangi profitnya.
"Jadinya ya harga beras ke konsumen jadi penyesuaian. Harga gabah yang biasanya Rp5.000-Rp5.500 per kg, jadi Rp6.500, ini istilahnya bahan baku pemggilingan padi naik, jadi harga harus disesuaikan ke hilirnya agar mereka tetap dapat profit," ujar Eliza.
Sebelumnya Badan Pangan Nasional (Bapanas) resmi menaikkan HET beras medium dari semula Rp12.500 menjadi Rp13.500 per kilogram untuk sebagian besar wilayah nasional, dan hingga Rp15.500 di Papua serta Maluku. Penaikan ini ditetapkan melalui Keputusan Kepala Bapanas Nomor 299 Tahun 2025 sebagai langkah jangka pendek untuk menjaga stabilitas harga dan kelancaran distribusi beras di dalam negeri.
"Harga eceran tertinggi beras di tingkat konsumen sudah tidak sesuai dengan perkembangan struktur biaya produksi dan distribusi saat ini, sehingga untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga beras, perlu dilakukan evaluasi terhadap harga eceran tertinggi beras," bunyi keputusan yang ditandatangani Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi.
Menurut Bapanas, penyesuaian kenaikan HET diperlukan agar industri penggilingan tidak terbebani dan disparitas harga antara jenis beras lebih merata. Kebijakan ini juga disebut sebagai solusi jangka pendek untuk memastikan kestabilan distribusi stok dan harga. (Ifa/E-1)