Mencetak Generasi Peduli Lingkungan Dimulai dari Sekolah

6 hours ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus mendorong peran aktif sekolah dalam menanamkan kepedulian lingkungan sejak dini. Hal ini diwujudkan lewat dua langkah strategis. Penyusunan instrumen penilaian perilaku lingkungan di sekolah dan terbitnya Peraturan Menteri KLHK Nomor 05 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Program Adiwiyata.

Perubahan mendasar terjadi. Program Adiwiyata kini tidak lagi diposisikan sebagai ajang penghargaan, melainkan telah menjadi gerakan nasional berkelanjutan yang melibatkan sekolah, pemerintah pusat, hingga pemerintah daerah.

"Kalau dulu orang melihat Adiwiyata sebagai penghargaan atau lomba, sekarang paradigma itu berubah. Kita tekankan bahwa ini adalah program yang harus dijalankan secara nyata di sekolah," Kepala PPGLH KLHK, Dra. Jo Kumala Dewi, M.Sc saat berbincang dengan Health Liputan6.com dalam sebuah kesempatan.

Luncurkan Dua Alat Ukur Baru: IPPLHS dan IPPBLHS

Sebagai bagian dari penguatan substansi program, KLHK bersama Bakti Barito dan LabSosio Universitas Indonesia mengembangkan dua instrumen baru:

  • Instrumen Perilaku Peduli Lingkungan Hidup Sekolah (IPPLHS)
  • Instrumen Program Peduli dan Budaya Lingkungan Hidup Sekolah (IPPBLHS)

Pendekatan Berbasis Data

IPPLHS mengukur perilaku siswa secara individu dan kolektif dalam hal kepedulian terhadap isu lingkungan. Aspek yang dinilai meliputi pengetahuan, sikap, perilaku pribadi, dan perilaku bersama.

Sementara IPPBLHS berfokus pada bagaimana sekolah secara kelembagaan menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan, seperti pengelolaan sampah, penghijauan, hingga kerja sama dengan komunitas dan pemangku kepentingan.

"Melalui alat ukur ini, kita bisa melihat apakah pendidikan lingkungan yang kita berikan sudah efektif, dan bisa dijadikan dasar pengambilan keputusan ke depan," tambah Jo.

Direktur Bakti Barito, Dian A. Purbasari, menambahkan,"Kita perlu alat ukur yang obyektif dan bisa menunjukkan hasil nyata, agar seluruh pemangku kepentingan di ekosistem pendidikan dapat melakukan evaluasi dan peningkatan secara terarah."

Uji coba awal telah dilakukan pada beberapa sekolah dasar di Jawa Barat. Selanjutnya, instrumen ini akan diuji lebih luas di jenjang SD, SMP, dan SMA di wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.

"Dengan pendekatan berbasis data, kita bisa memperkuat kerja sama antara sekolah, pemerintah, lembaga sosial, dan kampus. Tujuannya satu: mencetak generasi yang benar-benar peduli lingkungan," Peneliti LabSosio UI, Dr. Sulastri Sardjo.

Dari Lomba ke Program Nyata

Program Adiwiyata kini menuntut perubahan paradigma. Jika sebelumnya fokus pada pencapaian penghargaan, kini sekolah dituntut untuk benar-benar menerapkan prinsip lingkungan secara berkelanjutan.

"Sekarang kita ubah, bukan lagi penghargaan, tapi penyelenggaraan program Adiwiyata. Dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga monitoring dan pelaporan," kata Jo Kumala.

Aturan baru ini juga menekankan peran penting pemerintah daerah. Gubernur, wali kota, dan bupati diminta menyusun rencana pelaksanaan Program Adiwiyata di wilayah masing-masing, terintegrasi dengan program lingkungan lainnya seperti Adipura dan Kampung Iklim.

"Kadang suatu kota dapat Adipura, tapi sekolah Adiwiyatanya tidak ada. Kampung iklimnya pun belum jalan. Padahal ini semua satu paket," tambahnya.

Sistem Baru Lewat SIDIA

Program Adiwiyata kini memiliki sistem tahapan yang lebih jelas. Sekolah harus melalui proses:

  1. Registrasi komitmen
  2. Pembentukan Tim Adiwiyata
  3. Pengisian data melalui Sistem Informasi Adiwiyata (SIDIA)

Pengawasan disesuaikan dengan kewenangan: SD dan SMP dipantau kabupaten/kota, sedangkan SMA/SMK oleh pemerintah provinsi.

Tahapan penghargaan disusun sebagai berikut:

  • Registrasi / Level 1
  • Adiwiyata Kabupaten/Kota (SD-SMP)
  • Adiwiyata Provinsi (SMA-SMK)
  • Adiwiyata Nasional
  • Adiwiyata Mandiri

Sekolah yang ingin naik ke tingkat Adiwiyata Mandiri wajib membina minimal dua sekolah lain. Semakin banyak sekolah binaan, maka nilai skornya akan semakin tinggi.

Tidak Ada Lagi Sistem Perpanjangan

Berbeda dari sebelumnya, status Adiwiyata tidak perlu diperpanjang. Sekolah yang telah meraih status tersebut cukup mempertahankannya melalui komitmen nyata, tanpa proses administratif berulang.

"Program Adiwiyata ini bukan program izin, jadi tak perlu ada sistem perpanjangan. Kita kembalikan kepada tanggung jawab sosial dan kontrol dari masyarakat," katanya.

Lebih lanjut, Jo Kumala, menambahkan,"Sekali sekolah menyandang status Adiwiyata, itu harus menjadi identitas yang dipertahankan. Kalau ada sampah berserakan, ya harus dibersihkan. Bukan karena wajib, tapi karena sadar akan tanggung jawabnya."

Dengan sistem baru, dukungan regulasi, dan alat ukur berbasis data, KLHK berharap Program Adiwiyata dapat benar-benar menjadi pondasi kuat untuk mencetak generasi hijau. Anak-anak yang sadar, peduli, dan bertindak nyata dalam menjaga lingkungan.

Read Entire Article