Liputan6.com, Jakarta Kalyana Shira Foundation baru-baru ini menggelar penayangan film Raminten Universe: Life is a Cabaret di Auditorium IFI Thamrin. Dalam penayangan film dokumenter tersebut, hadir para sineas yang berbicara mengenai film yag mengangkat kisah inspiratif Hamzah Sulaiman, atau yang dikenal sebagai sosok Raminten.
Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, tim di balik Raminten Universe: Life is a Cabaret menyebut film ini memiliki kaitan erat terhadap realitas kehidupan masyarakat kota besar yang penuh keberagaman. Tak cuma beragam dalam etnis hingga latar belakang sosial, tapi juga juga ketimpangan sosial.
Di kondisi seperti ini, Raminten hadir dengan inklusivitas yang merangkul semua kalangan.
“Saya ingin kisah Raminten menjadi cermin bahwa di negeri dengan keberagaman seluas ini, inklusivitas bukan hanya wacana, tapi sesuatu yang bisa kita wujudkan lewat tindakan sederhana setiap hari," kata Nia Dinata, sutradara dan penulis film ini.
Sekaligus Jadi Refleksi Diri
Dena Rachman, produser dan penulis film ini berharap bahwa pemutaran film ini tak hanya menjadi sebuah perayaan bagi Raminten, tapi juga momen untuk merefleksikan diri.
"Film ini mendorong kita untuk melihat bahwa di tengah urban chaos, nurani kebajikan adalah jembatan terkuat antar identitas, menyatukan sesama manusia. Semoga pemutaran film ini bukan hanya hiburan, tetapi juga pengingat bahwa masyarakat kita akan tumbuh kokoh jika dibangun atas dasar empati, penerimaan, dan inklusi nyata," kata dia dalam pernyataannya.
Sementara Ratri, Direktur House of Raminten, menilai ada sebuah pesan penting dalam film ini.
“Warisan Raminten adalah keberanian untuk mencintai tanpa membedakan. Di tengah tantangan kota besar seperti segregasi sosial dan jarak antar kelompok, Raminten mengajak masyarakat untuk lebih peduli kepada sesama. Semoga pesan ini hidup di hati setiap penonton dan menginspirasi aksi nyata di komunitas mereka,” ujarnya.
Raminten dan Mendiang Hamzah Sulaiman
Dalam keterangan tertulis sebelumnya dari Kalyana Shira Foundation, film dokumenter berdurasi 95 menit ini menggambarkan perjalanan panjang Raminten. Ia tidak hanya dikenal sebagai pengusaha sukses yang dengan lini isaha mulai dari toko oleh-oleh, restoran, batik, dan pertunjukan cabaret, tetapi juga memberikan ruang aman bagi komunitas yang inklusif.
Dalam membentuk Raminten, Hamzah Sulaiman tidak hanya menjalankan bisnis, tapi juga berusaha membentuk sebuah keluarga besar, termasuk dengan para karyawan dan penampil pertunjukan.
Hamzah Sulaiman Meninggal 23 April 2025
Dilansir dari kanal Regional Liputan6.com, Hamzah Sulaiman pendiri The House of Raminten, meninggal dunia di usia 75 tahun pada Rabu, 23 April 2025.
“Dengan duka mendalam, kami sampaikan kabar berpulangnya KMT. Tanoyo Hamiji Nindyo (Bapak Hamzah Sulaiman). Pendiri dan sosok inspiratif di balik berdirinya Hamzah Batik,” tulis (@hamzahbatikofficial).
Mendiang Hamzah Sulaiman dikenal oleh publik sebagai orang yang menginspirasi terutama untuk budaya dan kuliner Jawa. Sosoknya juga dikenal tekun dan berdedikasi dalam menjaga budaya.
"Bagi kami, dokumenter ini bukan sekadar karya film, tetapi sebuah bentuk penghormatan penuh cinta untuk sosok Bapak kami, almarhum Hamzah Sulaiman. Beliau adalah cahaya bagi begitu banyak orang, baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun figur ayah bagi keluarga besar Raminten," kata Ratri dalam pernyataan tertulisnya bersama Kalyana Shira Foundation.