Liputan6.com, Jakarta - DJ dan produser musik ternama asal Skotlandia Calvin Harris melayangkan tuduhan serius terhadap mantan penasihat keuangannya, Thomas St. John. Harris menuduh Thomas St. John atas penggelapan dana sekitar Rp369 miliar untuk proyek real estat “boondoggle” atau gagal di Hollywood.
Menurut gugatan arbitrase yang diajukan ke Pengadilan Tinggi California, Thomas St. John diduga memanfaatkan posisinya sebagai orang kepercayaan Harris selama periode 2012 hingga April 2025. Diwartakan People, Jumat (12/9/2025), Thomas St. John dituding secara sistematis mengarahkan dana investasi kliennya ke proyek ambisius bernama "CMNTY Culture Campus" tanpa memberikan informasi yang transparan dan memadai.
Proyek tersebut awalnya dirancang sebagai pusat kreatif seluas 460.000 kaki persegi yang didedikasikan untuk para musisi, seniman, dan pekerja kreatif serta mencakup studio rekaman, ruang tunggu artis, dan ruang kantor. Namun, di tengah jalan, proyek ini mengalami perubahan fundamental yang diklaim tidak pernah dikomunikasikan secara layak kepada pria bernama lengkap Adam Richard Wiles itu sebagai salah satu investor utama.
Variety, Jumat (15/9/2025), juga melaporkan bahwa hingga saat ini, pihak Calvin Harris mengklaim tidak menerima sepeser uang pun dari hasil investasinya dan bahkan pembangunan proyek tersebut belum dimulai. "Dalam hal apa pun, tergugat tidak berniat untuk Wiles benar-benar menerima kembali nilai penuh investasinya, melalui distribusi atau cara lain," tegas pengacara Calvin Harris.
The Chainsmokers menggeser posisi Calvin Harris dari tempat teratas di daftar DJ dengan bayaran termahal 2019 versi Forbes. Bayaran yang diperoleh The Chainsmokers mencapai US$ 46 juta atau sekitar Rp 644 Miliar.
Kronologi Gugatan
Calvin Harris memberikan dana dengan total hampir 389 miliar rupiah melalui dua skema berbeda. Dikutip dari People, Selasa (16/9/2025), rincian dana tersebut terdiri dari pinjaman yang berasal dari Lewis LLC dengan besaran kurang lebih Rp164 miliar dan investasi ekuitas sebesar Rp205 miliar yang seluruhnya ditujukan untuk pengembangan CMNTY Culture Campus. Keduanya diinvestasikan kepada Hollywood LLC.
Menurut pernyataan yang didapatkan People, Thomas St. John mendekati Calvin Harris pada tahun 2023 saat proyek tersebut diduga mengalami kekurangan dana. Pihak Harris mengklaim bahwa Thomas St. John hanya mengirimkan formulir DocuSign untuk ditandatangani tanpa memberikan konteks atau informasi yang jelas, yang disebut "sangat menyesatkan."
People juga melaporkan bahwa tak lama setelah investasi dicairkan, Thomas St. John diduga langsung mentransfer hampir Rp192 miliar melalui rekening Hollywood LLC ke Dun & Dun LLC (diduga berhubungan kuat dengan Thomas St. John).
Bantahan Keras dari Pihak Thomas St. John
Menanggapi tuduhan tersebut, kuasa hukum Thomas St. John, Sasha Frid memberikan pernyataan yang membantah semua tudingan. Pengakuan Sasha Frid kepada Variety, Senin (15/9/2025), Calvin Harris adalah salah satu dari beberapa investor yang "secara aktif mengejar peluang pengembangan ini" dan memahami sepenuhnya proyek yang diikuti.
Sasha Frid juga membeberkan kepada Variety bahwa kelambatan proyek adalah hal yang wajar terjadi akibat kenaikan suku bunga dan faktor pasar lainnya, bukan karena penipuan. Pihaknya menegaskan bahwa proyek tersebut masih sangat layak dengan proyeksi valuasi mencapai lebih dari Rp14 triliun setelah selesai.
"Karena tidak puas dengan laju proyek, ia (Calvin Harris) memilih untuk menempuh arbitrase untuk menyatakan ketidakpuasannya. Thomas St. John menyangkal melakukan kesalahan apa pun," ujar Sasha Frid kepada Variety.
Nasib Investasi dan Proyek yang Berubah
Salah satu poin utama dalam gugatan adalah perubahan tujuan proyek yang terjadi pada tahun 2024. Menurut laporan Variety, Senin (15/9/2025), proyek tersebut dari yang semula merupakan pusat kreatif diubah menjadi perumahan residensial yang mencakup 750 unit apartemen di dua menara setinggi 34 dan 38 lantai. Perubahan ini disebut terjadi karena "dinamika pasar yang berubah," sebuah keputusan yang diklaim tidak didiskusikan secara transparan dengan Harris, menurut pernyataan yang diperoleh Variety.
Laporan People juga mendapati pihak Calvin Harris yang turut menyoroti pinjaman Rp164 miliar yang seharusnya dilunasi pada 31 Januari 2025, tetapi hingga saat ini pokok dan bunganya belum dibayarkan. Pengacara Calvin Harris menganggap investasi ini sebagai, "paling banter, sebuah proyek gagal total, dan paling buruk, sebuah penipuan total".
"Hingga hari ini, penggugat tidak tahu ke mana investasi penggugat telah pergi atau untuk apa investasi itu digunakan," tegas Pengacara Calvin Harris. Ia juga menambahkan, "Wiles tidak menerima sepeser pun imbalan atas investasi tersebut, dan, faktanya, para termohon bahkan belum mulai mengembangkan atau membangun proyek tersebut," ujarnya sesuai klaim tuntutan arbitrase.