REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menjelaskan prosedur pemeliharaan beras di gudang penyimpanan agar menghasilkan produk layak konsumsi. Menurut Rizal, penjelasan ini penting untuk menghapus paradigma bahwa beras Bulog kerap diidentikkan berkualitas buruk.
Karena itu, ia mengajak awak media melihat langsung kondisi di lapangan. Lokasi yang ditinjau yakni Kantor Wilayah Bulog DKI Jakarta dan Banten di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu (6/9/2025). "Teman-teman kami jelaskan bagaimana prosedur pemeliharaan gudang dan beras. Kita mulai dengan pemeliharaan harian," kata Dirut Bulog.
Ia memaparkan, setiap hari ada petugas yang membuka pintu gudang pada pagi hari dan menutupnya pada sore hari. Petugas tersebut juga melakukan pemeriksaan rutin, termasuk aktivitas pembersihan menyeluruh.
"Tujuannya apa? Untuk mengecek secara visual dan sekaligus memberikan kepastian bahwa beras-beras kita dalam keadaan aman," ujar Rizal.
Proses dilanjutkan dengan pengamatan visual lebih detail di setiap tumpukan beras. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah ada beras rusak akibat atap gudang bocor atau sebab lainnya.
Rizal menegaskan, tempat penyimpanan harus benar-benar bersih dan steril. Petugas lalu membuat laporan harian. Setiap kejadian dicatat untuk menjadi bahan evaluasi dan perbaikan.
Selanjutnya masuk ke tahap pemeliharaan mingguan. Dirut Bulog mengatakan, setiap pekan kepala gudang mengevaluasi kinerja petugas di lapangan, biasanya pada hari Jumat.
"Mereka akan melakukan evaluasi, kira-kira apa temuan dalam satu minggu itu," tutur Rizal.
Hasil evaluasi langsung ditindaklanjuti. Setelah itu dilakukan pembersihan umum gudang, terutama di bagian luar. Pasalnya, jika dibiarkan kotor, dapat menimbulkan penyakit serta mengundang hama, termasuk tikus.
Selain itu ada pemeliharaan bulanan. Tim dari Jasa Tenaga Spraying dan Maintenance (Jastasma) Bulog melakukan penyemprotan disinfektan secara rutin, mulai dari lantai, dinding, hingga halaman gudang.
"Nah ini obat-obatannya, kita laksanakan setiap bulan. Setiap gudang kita spraying. Setelah disemprot kita melaksanakan evaluasi bulanan bersama kepala gudang maupun manajer operasional," ujar Rizal.
Usai penyemprotan, jika masih ada sisa hama, dilanjutkan ke sesi fumigasi. Ini adalah pengendalian hama menggunakan pestisida berjenis fumigan dalam ruang kedap udara, dengan dosis, waktu, suhu, serta tekanan tertentu.
"Setiap bulan, kalau ada indikasi (hama) langsung dilaksanakan fumigasi. Sedangkan aturan fumigasi per tiga bulan," tutur Rizal.
Langkah ini dilakukan untuk menghentikan perkembangan hama secepat mungkin. Rizal menegaskan, inilah standar Bulog dalam melaksanakan pemeliharaan gudang dan beras secara bertahap.
"Tujuannya untuk menjamin bahwa beras-beras Bulog itu benar-benar berkualitas, sehat, dan layak untuk dikonsumsi," ujarnya.
Beras yang sudah bebas dari hama selanjutnya dikemas dalam karung dan siap diedarkan. Sementara butiran yang rusak dipisahkan untuk kebutuhan pakan ternak.
Bulog juga secara periodik melakukan pemeriksaan kualitas beras di laboratorium terakreditasi nasional. Pengujian terakhir pada Agustus 2025 dilakukan di Laboratorium PT Saraswanti Indo Genetech dan Laboratorium PT Sucofindo. Hasilnya menunjukkan beras yang disimpan di gudang Bulog masih memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Rizal menegaskan, sebagai BUMN pangan yang mendapat mandat menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan nasional, Perum Bulog berkomitmen untuk terus memastikan beras yang dikelola dan disalurkan dalam kondisi terbaik. Dengan begitu, kepercayaan masyarakat terhadap ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas pangan nasional tetap terjaga.
Saat ini Perum Bulog menguasai stok beras sebanyak 3,9 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 2,95 juta ton atau 75 persen berasal dari pengadaan dalam negeri. Sisanya dipenuhi melalui pengadaan luar negeri berdasarkan penugasan pemerintah pada akhir 2024.