Chatbot AI Jadi Teman Curhat Kesehatan, Pakar Ingatkan Risiko Salah Diagnosis

21 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - Kecerdasan buatan, atau artificial intelligence (AI), kini tidak hanya dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan dan tugas. AI, khususnya yang berbentuk chatbot, juga semakin sering digunakan sebagai teman curhat oleh banyak orang.

Beberapa jenis chatbot AI bahkan menawarkan berbagai layanan, termasuk konsultasi kesehatan yang dapat diakses dengan mudah hanya melalui internet.

Namun, di balik kemudahan tersebut, pakar mengingatkan bahwa diagnosis kesehatan yang diberikan chatbot berisiko tinggi. AI, bagaimanapun, tetap tidak bisa menggantikan peran dokter.

"Sering kali chatbot dirancang untuk memudahkan Anda, bersikap positif, dan hanya menjelaskan apa yang Anda miliki. Padahal, itu saja tidak cukup," kata Kepala Pengujian Produk Ipsos Global, Dr. Nikolai Reynolds, dalam acara AI-Driven Innovation: Unlocking New Horizon yang digelar pada Selasa, 12 Agustus 2025.

Jawaban yang diberikan AI memang kerap terdengar meyakinkan, tapi diagnosis tersebut belum tentu benar. AI dibangun untuk merespons dengan jawaban yang menenangkan, tanpa analisis medis yang mendalam.

Risiko “Halusinasi” Informasi dari Chatbot

Fenomena di mana jawaban dari AI tampak benar dan meyakinkan dinamakan dengan “halusinasi”. Hal ini yang membuat mengapa respons dari chatbot tidak bisa menjadi satu-satunya hal yang diandalkan.

“Tidak boleh dilakukan, Masih perlu menantang apakah dia berhalusinasi,” ujar Nikolai menanggapi pertanyaan “apakah boleh berkonsultasi kesehatan hanya pada AI?”.

Menurut Nikolai, jawaban yang dikeluarkan oleh AI terbatas pada input data yang terbatas, bukan didasarkan atas data medis. 

“Bayangkan, kita bercerita tentang kondisi kesehatan kita dari A sampai B. Mereka bilang kita baik-baik saja. Itu halusinasi,” jelas Nikolai. 

Hasil diagnosis yang diberikan oleh AI berpotensi menyesatkan, sebab untuk menyimpulkan kondisi kesehatan diperlukan juga pemeriksaan fisik, tes laboratorium, atau analisis medis lanjutan. 

“Yang benar adalah, kita membutuhkan analisis yang lebih dalam untuk menentukan penyakit apa yang diderita,” ujar Nikolai. 

Pentingnya Pemeriksaan dan Konsultasi Medis Langsung

Menurut Nikolai, pemeriksaan medis secara langsung oleh tenaga medis tetap menjadi satu-satunya cara untuk mendapatkan diagnosis yang akurat. AI model chatbot sangat tidak mungkin mendiagnosis dengan akurat.

“Yang benar adalah perlu analisis lebih lanjut untuk menentukan penyakit. Misalnya, tes darah. Itu tidak mungkin dilakukan oleh chatbot,” tegasnya.

Sejumlah pemeriksaan untuk melihat kondisi kesehatan tidak dapat digantikan oleh AI, seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen, atau tes penunjang lainnya. 

Nikolai menyebut, AI chatbot dapat digunakan untuk berkonsultasi kesehatan, namun tidak menjadi satu-satunya sumber untuk mendiagnosis masalah kesehatan.

“Jangan bergantung padanya. Anda bisa menggunakannya, tetapi Anda tetap harus memilih opsi lain, ke dokter,” kata Nikolai.

Chatbot mungkin bisa membantu mengarahkan pasien untuk memeriksakan diri, tetapi tetap tidak bisa menyimpulkan diagnosis. 

AI sebagai Alat Bantu Tenaga Medis, Bukan Pengganti

Nikolai menekankan bahwa peran terbaik bagi AI di bidang kesehatan adalah sebagai pendukung kerja dokter, bukan sebagai pengganti. 

“Dokter bisa menggunakan AI untuk memperkaya dan mendapatkan wawasan tambahan. Tapi saya tidak melihatnya dari sisi pasien untuk mengobati diri sendiri,” ujar Nikolai. 

Melalui teknologi canggih yang dibawa AI dan dukungan input data yang benar, AI dapat membantu dokter mengoptimalkan waktu, dengan mempercepat analisis serta mempertajam diagnosis. 

“Dokter yang menggunakan AI jauh lebih sukses dibandingkan dengan yang tidak. Banyak dokter yang telah menggunakan AI untuk mengidentifikasikan kanker kulit dengan lebih efektif,” kata Nikolai.

Namun, jika AI digunakan tanpa pengawasan tenaga medis, yang terjadi adalah risiko kesalahan yang sangat besar. Apalagi, data dari AI juga bergantung pada data publik yang terus berubah sepanjang waktu. 

Foto Pilihan

Aktivis dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) dan mahasiswa memasang instalasi berbentuk jantung dan paru-paru yang rusak akibat terpapar sampah mikroplastik dalam sebuah protes untuk meningkatkan kesadaran akan dampak plastik sekali pakai terhadap lingkungan dan kesehatan manusia di Surabaya, Rabu 16 Juli 2025. (Juni KRISWANTO/AFP)
Read Entire Article