Liputan6.com, Jakarta Bayi yang menangis terlalu lama berisiko mengalami penurunan kadar oksigen dalam tubuh. Kondisi ini dapat mengganggu aliran oksigen ke otak dan organ vital lainnya, sehingga berbahaya bila dibiarkan berulang kali.
“Kalau sering dibiarkan menangis sampai biru, oksigen ke otak bisa berkurang,” ujar dokter Asmoko Resta Permana, SpJP(K) Subsp. Ped. PJB(K) dari Siloam Heart Hospital saat ditemui awak media di Jakarta pada pertengahan pekan ini.
Ia menyebutkan bahwa membiarkan bayi menangis bukanlah cara tepat untuk menyehatkan jantung sebagaimana mitos yang beredar di masyarakat.
Menurutnya, hal ini masih banyak dipercaya karena minimnya edukasi kesehatan anak di kalangan masyarakat. Padahal, tangisan bayi merupakan bentuk komunikasi, bukan sarana melatih organ vital.
“Menangis itu komunikasi, bukan olahraga untuk jantung,” kata Asmoko.
Lebih lanjut, Asmoko mengatakan tangisan bayi bukanlah tanda lemah, melainkan bentuk komunikasi untuk menyampaikan kebutuhan, seperti lapar, tidak nyaman, atau ingin digendong. Karena itu, orangtua sebaiknya segera merespons tangisan bayi.
Risiko Saat Bayi Dibiarkan Menangis Terlalu Lama
Asmoko menekankan bahwa membiarkan bayi menangis terlalu lama justru menimbulkan risiko serius. Tangisan berkepanjangan bisa membuat bayi kehabisan napas hingga wajahnya tampak kebiruan.
Kekurangan oksigen ini berbahaya karena dapat mengganggu perkembangan otak dan fungsi organ vital lainnya. “Kalau dibiarkan, itu bukan melatih jantung. Itu justru bisa mengurangi suplai oksigen dan membahayakan,” tambahnya.
Cara Tepat Melatih Jantung Anak Menurut Dokter
Alih-alih membiarkan bayi menangis, Asmoko menyarankan melatih jantung dengan cara yang lebih sehat. Aktivitas fisik sederhana bisa membantu meningkatkan kinerja jantung.
Untuk bayi, stimulasi bisa berupa tummy time atau permainan gerak ringan. Sementara pada anak-anak yang lebih besar, aktivitas seperti bersepeda, berenang, atau bermain bola sangat dianjurkan. Aktivitas fisik ini jauh lebih efektif dibanding membiarkan anak menangis.
“Kalau anak dibiasakan bergerak, jantung otomatis bekerja lebih baik. Itu melatih jantung secara alami,” tambahnya.
Aktivitas ini bukan hanya menyehatkan jantung, tetapi juga mendukung perkembangan motorik, kognitif, dan sosial anak.
Peran Orangtua dalam Mengedukasi dan Membentuk Pola Sehat
Asmoko menegaskan bahwa orangtua memiliki peran besar dalam membentuk pola hidup sehat sejak dini. Salah satunya dengan meluruskan mitos yang menyesatkan tentang tangisan bayi.
Orangtua diimbau untuk tidak mengabaikan tangisan, melainkan mencari tahu penyebab dan memberikan kenyamanan yang dibutuhkan.
Selain itu, orang tua bisa mulai mengenalkan pola hidup sehat melalui rutinitas sederhana, seperti tidur cukup, makan bergizi, dan membatasi screen time.
“Kalau anak terbiasa dengan aktivitas sehat, mereka akan punya kebiasaan baik sampai dewasa,” tambahnya.
Edukasi kesehatan harus dimulai dari keluarga agar anak tumbuh dengan pemahaman yang benar. Dengan demikian, mitos-mitos lama bisa digantikan oleh praktik yang lebih aman dan menyehatkan.