Liputan6.com, Jakarta - Kolaborasi antara Kalbe Regenic dan RSPAD Gatot Soebroto menjadi langkah baru dalam pengembangan terapi regeneratif di Indonesia. Kerja sama ini ditandai dengan simposium nasional bertema 'Stem Cell dan Terapi Regeneratif: Harapan Baru untuk Kedokteran Regeneratif' yang juga menjadi bagian dari peringatan HUT ke-75 RSPAD.
Sinergi ini dinilai penting karena menggabungkan kekuatan industri farmasi dengan fasilitas riset dan layanan kesehatan militer. Dengan begitu, terapi stem cell diharapkan bisa berkembang lebih cepat, tapi tetap berada dalam koridor ilmiah yang ketat.
Presiden Direktur Kalbe Regenic Stem Cell, dr. Sandy Qlintang, M.Biomed, menegaskan bahwa pengembangan terapi regeneratif tidak hanya soal inovasi, tetapi juga tanggung jawab. "Kolaborasi ini adalah komitmen bersama untuk menghadirkan inovasi medis, namun tetap dengan pijakan ilmiah dan regulasi yang ketat," ujarnya.
Terapi regeneratif menggunakan stem cell dan secretome dinilai menjanjikan karena mampu memperbaiki jaringan rusak, mengurangi peradangan, hingga mempercepat proses penyembuhan alami.
Pentingnya Regulasi Ketat
Meski potensinya besar, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengingatkan bahwa terapi ini tidak boleh digunakan secara sembarangan.
Kepala BPOM, Prof. Dr. Taruna Ikrar, menekankan pentingnya regulasi ketat dalam penerapan terapi stem cell. Menurutnya, penerapan terapi yang tidak tepat justru bisa membahayakan keselamatan pasien.
Karena itu, izin edar terapi stem cell diatur dengan ketat, mulai dari kewajiban uji pre-klinik, uji klinik yang valid, hingga validasi mutu dan keamanan produk.
"Terapi stem cell menjanjikan harapan, tapi juga menyimpan risiko besar jika tidak dikembangkan dan digunakan secara benar. Kita tidak boleh menggadaikan keselamatan pasien demi sensasi," kata Taruna.
BPOM juga memastikan pengawasan berlaku dalam seluruh rantai produksi hingga distribusi agar keamanan pasien tetap terjamin.
Arah Riset dan Inovasi
Kolaborasi Kalbe Regenic dan RSPAD dinilai sebagai langkah nyata menghadirkan terapi regeneratif yang berorientasi pada keselamatan pasien.
Sinergi ini tidak hanya fokus pada inovasi medis, tetapi juga memastikan riset dilakukan sesuai standar ilmiah internasional.
Melalui kerja sama ini, riset akan diarahkan pada penyakit dengan kebutuhan tinggi, seperti osteoartritis, cedera tulang belakang, hingga penyakit ginjal kronis.
"Kerja sama ini menjadi langkah strategis agar Indonesia bisa menghadirkan terapi regeneratif yang lebih aman, efektif, dan memberikan manfaat nyata bagi pasien," ujar dr. Jonny, Sp.PD-KGH dari RSPAD.
Masa Depan Kedokteran Regeneratif
Para pakar menilai masa depan kedokteran regeneratif Indonesia akan cerah jika dikembangkan dengan dasar ilmu, regulasi ketat, dan etika medis yang jelas.
Dalam simposium HUT ke-75 RSPAD, sejumlah pakar membahas aplikasi stem cell dan secretome untuk berbagai kasus, mulai dari ortopedi hingga penyakit ginjal.
Menurut dr. Yanuarso, Sp.OT(K), M.H., DABRM, terapi ini berpotensi besar membantu perbaikan jaringan muskuloskeletal, seperti tulang, ligamen, tendon, dan sendi.
"Simposium ini menjadi langkah awal menuju ekosistem terapi regeneratif yang lebih aman, terarah, dan bermanfaat luas bagi masyarakat," katanya.
Kehadiran berbagai pemangku kepentingan menunjukkan bahwa Indonesia siap membangun ekosistem kedokteran regeneratif yang kuat, sehingga terapi ini dapat diakses dengan standar keamanan dan kualitas yang terjamin.