Potret Buram Fasilitas Pendidikan di Pulau Flores, Gedung Sekolah Rubuh hingga Siswa Melintasi Tebing Curam

1 day ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Potret Buram Fasilitas Pendidikan di Pulau Flores, Gedung Sekolah Rubuh hingga Siswa Melintasi Tebing Curam Kondisi ruang guru SMKN Restorasi Pulau Komodo di kawasan Taman Nasional (TN) Komodo, Manggarai Barat, NTT tanpa kursi meja(MI/Marianus Marcelus)

FASILITAS pendidikan di Kabupaten Manggarai Timur dan Manggarai Barat di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih jauh dari memadai. Kondisi gedung sekolah yang tidak layak hingga ketiadaan akses jalan yang layak menuju sekolah masih terjadi hingga kini.

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lete, Desa Gunung, Kecamatan Kota Komba misalnya. Dua ruang kelasnya yang sebelumnya digunakan untuk kelas 1 dan 2 itu tiba-tiba ambruk rata dengan tanah akibat termakan usia, pada Sabtu (18/10) lalu.

‎Beruntung tidak ada korban jiwa, peristiwa ambruknya gedung sekolah itu terjadi setelah kegiatan belajar mengajar selesai dan siswa telah kembali ke rumah.

‎Kepala SDN Lete, Yosep Samlan Lero menjelaskan keadaan ruang kelas tersebut merupakan bangunan lama yang terakhir direhabilitasi pada tahun 2006 dan sejak saat itu belum pernah diperbaiki lagi.

‎“Ruang kelas itu sebenarnya sudah tidak layak pakai, tapi karena tidak ada ruangan lain, kami tetap gunakan untuk kegiatan belajar. Tahun 2023 kami hanya memperbaiki dinding dengan menggunakan pelepah bambu,” katanya.

‎Sementara Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Restorasi Pulau Komodo di kawasan Taman Nasional (TN) Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), sangat memperihatinkan.

Bangunan sekolah di destinasi pariwisata yang populer di dunia itu hanya memiliki tiga ruang kelas dan satu ruang guru. Tiang-tiang dan rangka lainnya, termasuk dindingnya, masih terbuat dari bambu. Sebagian dinding dan atap sekolah itu hanya menggunakan seng. Sementara lantai sekolah terbuat dari semen kasar.

‎Kondisi tuang guru juga sekolah itu juga tidak kalah mirisnya, bangunannya seperti lapak sederhana dengan lantai tanah dan tidak berdinding. Tempat duduk ruang guru terbuat dari bambu. Tak ada meja di ruang guru itu. Para guru tampak memangku laptop yang dipakai untuk bekerja.

Wakil Kepala SMKN Restorasi Pulau Komodo, Saharil mengatakan SMKN Restorasi Pulau Komodo merupakan satu-satunya sekolah lanjutan tingkat atas di kawasan TN Komodo. Sekolah ini beroperasi mulai tahun ajaran 2022/2023.

Sementara di tempat berbeda puluhan pelajar SMP Negeri  Satu Atap (SATAP) Benteng Sipi Desa Benteng di Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur harus menempuh medan berbahaya sejauh 4 kilometer demi bisa bersekolah. Kondisi itu sudah terjadi sejak belasan tahun lalu.

Setiap hari puluhan siswa itu menyebrang sungai dan melintasi lereng terjal sejauh 4 kilometer menuju sekolah yang berada di desa tetangga. Jika musim penghujan tiba dan air sungai meluap puluhan siswa ini terpaksa meliburkan diri dan terkadang menginap di sekolah.

Para siswa mengaku selalu cemas saat harus melintasi sungai dan lereng bukit terutama di musim hujan. Kendati demikian, kondisi medan yang sulit tidak mengurungkan niat puluhan siswa ini untuk terus sekolah.

Baik warga setempat maupun siswa berharap pemerintah daerah dapat membangun fasilitas jalan dan jembatan untuk warga maupun siswa bersekolah tanpa rasa takut dan cemas.

‎"Jembatan dan pembangunan jalan yang memadai menjadi kebutuhan mendesak saat ini. Kasihan anak anak kami, harus jalan melintasi lereng terjal tidak bisa bersekolah jika air sungai meluap," pinta Antonius seorang warga Benteng Sipi Elar.

‎Situasi serupa juga dialami puluhan Siswa SD di Desa Wae Jare Kabupaten Manggarai Barat. Setiap hari harus melintasi jembatan bilah-bilah bambu rapuh menuju SDN Wae Jare. 

Donatus Semidun, 58, salah seorang tokoh adat setempat mengatakan ketiadaan akses menuju sekolah mendorong warga gotong royong membangun jembatan kayu, namun kondisinya masih jauh dari layak untuk dilintasi puluhan anak-anak sekolah dasar.

‎"Kondisi ini sangat sulit dan berbahaya untuk dilintasi saat musim penghujan. Harus ekstra hati-hati, jembatan licin hingga terancam banjir," jelas Donatus.

‎Warga juga mengaku kecewa rendahnya perhatian pemerintah, padahal Wae Jare yang merupalan desa wisata tidak jauh dari Kota Labuan Bajo, sebuah Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yang diselimuti fasilitas megah.

Selain ketiadaan jembatan, desa penghasil tanaman komoditi itu juga tidak memiliki jaringan listrik serta kesulitan mengakses air bersih.

‎"Kami berharap pemerintah dapat mengatasi persoalan mendasar ini. Sudah cukup lama warga menderita karena keterbatasan jalan dan jembatan," tegas Donatus. (MM/E-4)

Read Entire Article