
RUMAH ibadah selayaknya tak sekadar menjadi tempat untuk beribadah, melainkan juga rumah kemanusiaan, rumah persaudaraan, dan rumah besar untuk menciptakan ketenangan kesejahteraan hidup. Kementerian Agama mendorong agar fungsi rumah ibadah diperluas supaya memiliki posisi strategis dengan menjadi wadah untuk mengoptimalkan kesejahteraan masyarakat. Bagaimana memberdayakan rumah ibadah agar dapat bermanfaat bagi masyarakat? Bagaimana menghimpun potensi dana umat untuk mengatasi masalah kemiskinan? Simak wawancara jurnalis Media Indonesia Sitria Hamid dan Ficky Ramadhan dengan Menteri Agama RI Nasaruddin Umar berikut.
Apa saja program unggulan yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Agama untuk mendukung visi pemerintahan Prabowo-Gibran terutama dalam memperkuat harmoni keagamaan dan pendidikan keagamaan?
Iya, alhamdulillah, memang dua poin itu yang sangat relevan dengan Kementerian Agama. Pertama, mengenai harmoni. Jadi kita mengembangkan konsep kerukunan sejati. Apa yang dimaksud konsep kerukunan sejati? Dulu, kalau bicara tentang kerukunan itu, kita hanya berbicara di sektor hilir. Di sektor yang etos gitu. Padahal, kalau kita bicara tentang agama, sebetulnya itu ada tiga dimensi. Ada dimensi yang paling basic yaitu teologi. Artikulasi dari teologi itu disebut dengan logos, reasoningnya. Kemudian implementasi dari logos itu disebut dengan etos. Kita sekarang ini kan praktikal keagaman. Kita itu di level etosnya.
Nah, persoalan muncul di etos tidak bisa diselesaikan dengan level etos. Tidak bisa kita menjernihkan air di sektor hilir. Tapi kita harus menjernihkan air itu di sektor hulunya. Kata Max Weber, ahli sosiologi agama, ini sedikit agak teoretis, tidak mungkin kita bisa menyelesaikan suatu perilaku masyarakat yang bermasalah tanpa mengubah sistem etika masyarakat itu.
Sistem etika, etos tidak mungkin berubah tanpa mengubah sistem logos. Logos tidak bisa tanpa mengubah sistem atau melakukan peninjauan terhadap sistem teologi. Kita mulai masuk di level teologinya supaya nanti itu lebih konstruktif. Konsep perhubungan kita itu bukan timbul tenggelamnya. Tapi kita akan menghilangkan secara permanen.
Caranya, antara lain, kita mengintroduksi apa yang disebut dengan Kurikulum Cinta. Buah daripada ekoteologi itu ialah Kurikulum Cinta.
Bisa dijelaskan konsep ekoteologi tersebut?
Kami memperkenalkan apa yang disebut dengan ekoteologi. Eko artinya bumi, tanah, air. Teologi itu hubungan kita dengan Tuhan. Konsep ekoteologi itu bagaimana menciptakan suatu konsep pemahaman keagamaan yang berbasis pada tiga sendi. Man, nature, and God. Manusia, kemudian alam semesta, dan Tuhan. Segitiga ini, kalau itu kompak, komprehensif, maka itu nanti akan berpengaruh terhadap perilaku manusia itu.
Mulai dari man, manusia. Jadi kita akan mengedepankan aspek kemanusiaan. Humanity is only one, there is no colors, ya kan. Kemanusiaan itu hanya satu, tidak ada warnanya. Mau agama apa pun, mau etnik apa pun, jenis kelebihan mana pun, warga negara mana pun, warna kulit mana pun, bahasa apa pun, we are the same. Sama-sama kita sebagai manusia.
Jadi, bahkan lebih bahasa agamanya itu, engkau adalah aku, aku adalah engkau. Jadi, kalau sudah seperti ini bercokol dalam setiap hati anak didik kita, masyarakat kita, saya kira, apa ya, konflik itu nanti akan terkikis, ya kan. Saya tidak perlu menyesal kalau kasih engkau banyak, karena engkau adalah aku. Tapi kalau lu gua-gua, waduh nyesal tadi, dapat banyak tuh. Jadi, itu satu.
Kemudian hubungan antarmanusia, sesama manusia, tanpa membedakan agama tadi. Kita lagi hubungkan manusia dengan alam semesta. Mari, dengan menggunakan bahasa agama, kita menyelamatkan lingkungan, menyelamatkan lingkungan hidup. Karena kalau lingkungan hidup ini rusak, ini berkontribusi juga dengan rusaknya pikiran, rusaknya jiwa, rusaknya fisik manusia itu sendiri. Maka itu, kita harus memperbaiki alam semesta ini.
Jadi, bukan sekadar untuk menciptakan penghijauan, tapi ekoteologi itu artinya apa? Saling sayang menyayangi antarsesama, sesama makhluk Tuhan. Dari situ nanti kita diikat oleh Tuhan. Agamalah di sini sangat penting. Ada Tuhan kita, kan? Definisinya Tuhan masing-masing berbeda setiap agama. Mungkin juga maksudnya berbeda-beda. Tetapi Tuhan itu selalu akrab dengan anak manusia.
Agama apa pun juga, ya, pasti Tuhan itu Mahatinggi, Mahaagung, ya, kan? Segitiga ini: manusia, lingkungan, dan Tuhan, kalau menjadi PR kita bersama, maka apa pun yang kita lakukan adalah dengan cinta. Semua agama itu intinya adalah cinta. Bukanlah seseorang itu beragama kalau menyusupkan rasa benci terhadap satu sama lain. Jangan sampai nanti kita mengajar agama justru yang kita ajarkan ialah perbedaan, apalagi kebencian terhadap agama lain. Itu berbahaya.
Setiap agama itu penekanannya cinta. Ya, itu yang kita coba. Dan hasilnya, masya Allah, ini kita lihat ada kegiatan keagamaan gotong royong. Contohnya di sini (Masjid Istiqlal) itu kan, setiap hari Jumat kita adakan kesegaran jasmani, lintas agama. Ya, murah meriah bubur ayam, lupa perbedaan agamanya, bersahabat. Habis itu pertandinganpertan dingan kecil, interfaith war. Jadi, jalan kaki lintas agama, setiap pemberhentian itu, ada hal-hal keagamaan. Mereka itu memberikan suguhan-suguhan. Tambah akrab satu sama lain. Ada acara-acara keagamaan, si A diundang semua agama. Si B juga diundang, semuanya terlibat. Even itu maulid nabi, kita undang juga teman-teman kita dari agama lain. Belum lagi kita kerja sama, ada koperasi lintas agama. Kerukunan kita buku ajarannya.
Di negeri yang sangat plural seperti ini, kalau penekanannya ialah perbedaan, sangat berbahaya. Kita harus coba penekanannya ialah titik temu.
Yang kedua, kita juga memperkenalkan pendidikan, pendidikan unggulan. Alhamdulillah, Pak Presiden sangat mengandalkan betapa perlunya membangun investasi. Anak-anak sekarang bisa menjadi the best in the future, ya kan. Kita memang sudah lama memulai. Insan Cendekia itu sekarang ini belum tertandingi oleh lembaga pendidikan setingkatnya. Tingkat SLTA di Indonesia, ya, Insan Cendekia itu belum ada yang bisa menandingi kualitasnya. Dilihat dari segi apa pun, penerimaan perguruan tinggi terbaik di dunia, kita di Indonesia masih urutan pertama. Itu penilaian objektif dari berbagai lembaga. Ini kita perbanyak sekarang. Ada di Serpong, Pekalongan, Pasuruan, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, pada setiap provinsi kita coba menciptakan madrasah unggulan. Itu sangat kompetitif.
Pak Prabowo juga membangun Sekolah Garuda, kan. Untuk mendukung sekolah Garuda itu, ya, kita juga kembangkan madrasah unggulan, paralel dengan program Pak Prabowo.
Jadi kalau semua jurusan kita angkat, pondok pesantren diberikan perbaikan mutu, madrasah-madrasah juga diberikan akselerasi pendidikan, dan seterusnya, maka anak-anak kita nanti pada era tertentu, itu akan luar biasa. Kita akan panen SDM yang hebat. Ada sekolah unggulan, ada sekolah rakyat, ada madrasah unggulan. Ya kan,ada pesantren unggulan. Tentu luar biasa. Itu saya kira
yang paling penting.
Kementerian Agama memiliki 8 program unggulan yang disebut Asta Protas, bisa dijelaskan?
Kita juga menerjemahkan Asta Cita Presiden itu dengan istilah Asta Protas. Asta Protas itu ada 8 program unggulan kita juga. Pertama, meningkatkan kerukunan dan cinta kepada kemanusiaan. Yang kedua, penguatan ekoteologi yang tadi saya jelaskan. Yang ketiga, pemberdayaan pesantren. Pesantren ini adalah soko guru bangsa, guru peradaban dunia, dan guru peradaban dunia Islam yang luar biasa. Kalau pondok pesantren ini mengajarkan keadaban publik, insya Allah orang-orang kurang ajar di Republik ini akan berkurang, akan tereliminasi.
Kemudian layanan keagamaan yang berdampak. Misalnya, bimbingan perkawinan, yang dampaknya luar biasa. Karena kalau tidak, angka perceraian akan bertambah. Setiap kali ada perceraian, itu akan muncul orang miskin baru, yang berdampak pada perempuan dan anak. Jumlah perceraian sekarang ini lampu kuning buat kita.
Kenapa? Dua juta orang kawin per tahun. Dari angka itu, ada 35% perceraian setiap tahun. Menariknya, sekitar 78% itu perceraian usia rumah tangga muda, 5 tahun ke bawah. Anaknya masih kecil-kecil, janda masih muda, dan berpotensi untuk menimbulkan persoalan baru. Itu kita hubungkan bahwa nikah bawah tangan berbanding lurus dengan banyaknya janda muda akibat bercerai muda. Maka, dengan adanya layanan keagamaan berdampak ini, insya Allah hal seperti itu bisa kita atasi.
Kemudian juga pemberdayaan ekonomi umat. Lalu pemberdayaan rumah ibadah. R...