Liputan6.com, Jakarta Sepak bola Italia selalu punya kisah tentang kesetiaan. Dari Del Piero dan Buffon yang tetap membela Juventus di Serie B, hingga Lucarelli yang membawa Parma bangkit dari Serie D.
Tapi kesetiaan tak selalu berarti bertahan di masa sulit, kadang juga tentang menemani perjalanan klub dari titik nol menuju puncak.
Itulah yang dilakukan Alessandro Gabrielloni. Namanya mungkin asing bagi banyak orang, namun ia jadi saksi hidup kebangkitan Como 1907 dari Serie D hingga akhirnya promosi ke Serie A pada 2024 lalu.
Atas kesetiaannya yang luar biasa, baru-baru ini Como memberikan penghargaan berupa sebuah patung di markas tim. Patung ini membuat kaget Gabrielloni ketika baru datang ke markas timnya.
Karier yang Tak Gemerlap
Gabrielloni, 31 tahun, bukan pemain bintang. Lahir di Jesi, Italia, ia lebih banyak berkarier di kasta bawah. Dari Jesina, Maceratese, Martina Franca, Campobasso, Cavese, hingga Bisceglie, nama-nama klub yang bahkan tak dikenal sebagian besar penggemar sepakbola.
Main di Serie A sebelum 2024? Belum pernah. Dipanggil timnas? Jangankan itu, tampil di Serie B pun baru ia rasakan belakangan.
Posisinya penyerang tengah, kadang dipasang sebagai sayap. Bukan mesin gol ulung, tapi cukup produktif di level Serie D. Satu hal yang membedakannya: loyalitas.
Awal Perjalanan di Como
Tahun 2018 jadi titik balik. Setelah gagal total di Bisceglie, Gabrielloni nyaris tanpa klub. Saat itu Como yang baru bangkit dari kebangkrutan memberinya tawaran bermain di Serie D. Pilihannya sederhana: menerima atau menganggur. Ia pun memilih Como.
Keputusan itu terbukti tepat. Pada paruh musim pertamanya, ia mencetak 10 gol dari 14 laga. Musim berikutnya, 12 golnya membantu Como promosi ke Serie C. Dari situ, hubungan Gabrielloni dan Como makin erat.
Perjalanan Gabrielloni berlanjut ketika Como diakuisisi PT Djarum melalui SENT Entertainment. Klub direstrukturisasi total, mulai dari manajemen hingga strategi bisnis. Banyak pemain dilepas, tapi Gabrielloni tetap dipercaya.
Kepercayaan itu ia balas. Pada 2020/21, ia mencetak gol penting yang membawa Como juara Serie C dan promosi ke Serie B.
Tersingkir, tapi Tak Pergi
Masuk ke Serie B, Como mulai mendatangkan nama besar seperti Leonardo Mancuso dan Patrick Cutrone. Posisi Gabrielloni terpinggirkan. Menit bermainnya merosot tajam, lebih banyak duduk di bangku cadangan.
Situasi ini membuatnya sempat bimbang. Ia bahkan memilih melanjutkan kuliah ekonomi sambil bermain bola. Namun ketika dihadapkan pada pilihan, ia tetap bertahan. Baginya, Como sudah jadi bagian hidup yang tak tergantikan.
Hadiah Terindah: Promosi ke Serie A
Kesetiaan itu akhirnya berbuah manis. Pada 2024, Como memastikan promosi ke Serie A setelah 21 tahun penantian. Gabrielloni mungkin bukan pemain inti lagi, tapi air matanya yang jatuh di lapangan membuktikan betapa dalam cintanya pada klub.
Dalam wawancara, ia mengaku semua kenangan pahit sejak Serie D terputar kembali di kepalanya. Dari saat tak ada klub yang mau menerimanya, hingga akhirnya ia menjadi bagian dari sejarah Como.