Liputan6.com, Jakarta Mengupil merupakan hal yang sering dilakukan oleh anak-anak. Kegiatan ini kerap dianggap sebagai hal yang memalukan jika dilakukan di tempat umum. Sebab, ini berkaitan dengan kebersihan, mengupil dianggap sebagai sesuatu yang tidak higienis (jorok).
Dilansir dari WebMD, lendir di hidung berfungsi untuk melumasi saluran hidung dan mencegah kuman masuk ke paru-paru.
Pada beberapa kondisi seperti alergi dan infeksi sinus, produksi lendir di hidung akan meningkat akibatnya, terjadi peningkatan kotoran yang dapat mengiritasi atau menyumbat hidung.
Saat hidung terasa tidak nyaman dengan keberasaan sumbatan, bersamaan dengan itu, muncul dorongan dari diri untuk mengikis sumbatan tersebut dengan jari–mengupil.
Meskipun mengupil tidak membawa dampak bahaya, tetapi ini dikaitkan dengan kebiasaan buruk, sebagaimana kebiasaan menggigit kuku. Selain dapat menyebabkan infeksi pada saluran hidung, mengupil juga berpotensi menyebarkan bakteri.
Bagi anak-anak yang belum mengerti kebersihan, mengupil biasanya menjadi kebiasaan saat anak sedang gugup atau sedang bosan. Hal ini merupakan bentuk dari eksplorasi tubuh.
Akhirnya, secara tidak sadar, mengupil berubah menjadi suatu kebiasaan kompulsif yang berulang-ulang dan sulit untuk dihentikan.
Alasan Anak-anak Mengupil
Meskipun kebiasaan ini tidak menimbulkan bahaya, tetapi mengupil bukan suatu hal yang dapat diterima oleh lingkungan sosial ketika dilakukan di depan umum. Hal tersebut dikarenakan banyak orang khawatir kebiasaan tersebut bisa menyebarkan bakteri.
Ketika mengalami hidung yang kering, mengupil dapat meredakan rasa tidak nyaman di hidung. Tetapi, kondisi ini juga dapat menyebabkan iritasi bahkan hingga pendarahan, keropeng, atau pembengkakan.
"Mengupil secara berulang dapat menghambat pembentukan keropeng dan bisa menjadi sarang penyebaran bakteri ke dalam tubuh melalui jari yang digunakan untuk mengupil, dikarenakan lendir di hidung mengandung kotoran, serbuk, dan debu," seperti mengutip WebMD.
Bagaimana Cara Menghentikan Kebiasaan Mengupil Bagi Anak-anak?
Melihat anak-anak mengupil, memakan upil mereka, dan mengelap jari bekas mengupil mereka ke benda-benda yang berada disekitar, bukan hanya menjijikan, tetapi juga tidak higienis.
Penting untuk menghentikan kebiasaan ini sejak dini, untuk mencegah terjadinya mimisan dan infeksi yang disebabkan oleh korekan yang terlalu keras.
Beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengentikan kebiasaan buruk ini, yaitu:
- Jangan memarahi anak, ajari anak untuk membuang ingusnya ke tisu.
- Jelaskan kepada anak bahwa mengupil bukanlah tindakan yang sopan untuk dilakukan di depan umum.
- Mencari tahu alasan mengapa anak sering mengupil dan konsultasikan masalahnya kepada dokter untuk ditangani.
- Menggunakan obat tetes hidung atau pelembab udara dingin untuk mencegah saluran hidung menjadi kering.
- Ketika memergoki anak mengupil, minta anak untuk mencuci tangan dna menyediakan cairan pembersih tangan untuk berjaga-jaga.
Apakah Memakan Upil Bahaya?
Sebagai bentuk dari eksplorasi tubuh dan rasa penasaran yang tinggi, tidak jarang anak-anak memakan ingusnya.
Tubuh manusia sendiri menghasilkan sekitar satu liter lendir setiap hari dengan menelan sebagian besarnya. Ingus sendiri diproduksi dengan lendir dari lendir yang sama dengan yang di telan tubuh.
Sehingga, karena berasal dari lendir yang sama, mengupil dan memakannya kemungkinan tidak memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Ketika mencapai pencernaan, lendir secara alami akan bertindak sebagai vaksin.
Hingga saat ini belum ada penelitian yang mendukung manfaat mengupil dan memakan ingusnya, setidaknya memakan lendir hidung tampak tidak berbahaya.
Meski begitu, menurut sebuah studi, orang yang sering mengupil berpotensi lebih tinggi membawa bakteri Staphylococcus daripada yang tidak. Jadi, menghindari kebiasaan mengupil dan menelan ingus mungkin merupakan langkah yang bijaksana.
Mengupil jika dilakukan sesekali tidak menjadi masalah, tetapi jika telah menjadi kebiasaan, ini berisiko menyebabkan kerusakan hidung atau infeksi.