Liputan6.com, Jakarta Hepatitis A kerap terjadi pada anak-anak. Ini adalah penyakit infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV).
Hepatitis A tak selalu menimbulkan gejala, tapi ada beberapa tanda awal yang bisa merujuk pada penyakit tersebut, seperti:
- Mual dan muntah
- Diare akut
- Malaise atau letargi (rasa lelah)
- Kehilangan nafsu makan
- Arthralgia atau myalgia (nyeri sendi)
- Nyeri bagian perut
- Demam.
Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Jayapura, Christin N. Kalembang, menjelaskan, selain tanda awal, ada pula gejala lanjutan yang bisa dialami anak dengan hepatitis A, termasuk:
- Kuning pada sklera (bagian putih mata) dan kulit
- Urine berwarna gelap (seperti teh)
- Perubahan warna feses menjadi lebih pucat
- Penurunan kesadaran
- Masalah saluran napas.
“Dokter biasanya akan memastikan apakah anak terkena hepatitis atau tidak, dengan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan ultrasonografi (USG) perut,” dilansir laman rspapua.id yang ditinjau ulang Christin, dikutip pada Selasa (5/8/2025).
Sebelumnya, Christin menjelaskan, ada lima jenis hepatitis yang dapat menyerang manusia, yakni hepatitis A, B, C, D dan E.
“Namun jenis hepatitis yang sering terjadi pada anak adalah Hepatitis A. Pada dasarnya, penyebab hepatitis pada anak sama dengan penyebab hepatitis orang dewasa, yaitu virus yang masuk ke dalam tubuh,” jelasnya.
Merebaknya wabah hepatitis A di Eropa terkait dengan stroberi beku yang diimpor dari Mesir, perlu mendapat perhatian
Bagaimana Penularan Hepatitis?
Mengutip laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), hepatitis adalah proses peradangan sel-sel hati, yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri, parasit), obat-obatan, konsumsi alkohol, lemak berlebih dan penyakit autoimmune.
Penularan hepatitis terjadi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi virus, sambung Christin.
Bisa juga terjadi saat anak memegang benda yang tidak bersih. Misalnya, anak memegang mainan yang terkontaminasi virus hepatitis, lalu memasukkan tangan ke mulutnya.
Virus ini dapat menyebar melalui berbagai media, seperti air, feses, makanan yang tidak dicuci atau diolah/dimasak hingga matang. Termasuk lewat benda yang sering disentuh seperti gagang pintu toilet, terutama di fasilitas umum dan sebagainya.
“Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti penyakit autoimun. Anak yang mengidap autoimun, sistem pertahanan tubuhnya menganggap bahwa organ hati adalah ancaman, sehingga sel-sel sehat pada organ tersebut diserang,” jelas Christin.
Penggunaan obat tertentu tanpa pengawasan dokter juga dapat menyebabkan hepatitis pada anak.
Bagaimana Cara Menangani Hepatitis?
Dokter dapat menangani hepatitis sesuai dengan penyebabnya, ini termasuk dengan pemberian obat-obatan.
Sementara, orangtua perlu memastikan anak mengonsumsi makanan bergizi, bersih, dan matang dibarengi dengan cukup istirahat.
“Jika hepatitis yang diidap anak tergolong berat, disarankan melakukan perawatan di rumah sakit,” saran Christin.
Mengutip laman Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan (Keslan) Kemenkes, pengobatan hepatitis pada umumnya bersifat suportif berupa pemberian cairan dan diet atau pola makan yang adekuat serta pengawasan ketat adanya tanda kegagalan hati akut.
“Pengobatan hepatitis akut yang disebabkan oleh infeksi hepatitis A bersifat suportif karena tidak ada antivirus khusus hepatitis A,” mengutip tulisan yang ditinjau ulang dokter spesialis penyakit dalam dari RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Vinandia Irvianita P.
Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan pada pasien dengan mual muntah hebat yang berisiko mengalami dehidrasi. Hal ini juga berlaku pada infeksi hepatitis D dan E.
Berbeda dengan hepatitis B dan C, di mana terdapat antivirus spesifik yang dapat diberikan untuk mencegah virus berkembang biak dan mencegah perjalanan penyakit menjadi lebih berat.
Bagaimana Mencegah Hepatitis pada Anak?
Dalam mencegah hepatitis pada anak, orangtua dapat meningkatkan kewaspadaan dengan beberapa cara, termasuk:
- Ajak anak rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
- Konsumsi makanan dan minuman yang higienis
- Buang air besar (BAB) atau bekas popok pada tempatnya
- Hindari menggunakan alat makan orang lain
- Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
- Kurangi mobilitas, menjaga jarak, dan menggunakan masker
- Lengkapi vaksinasi hepatitis untuk anak
- Memeriksakan segera anak jika mengalami gejala hepatitis.
“Jika menemukan gejala hepatitis pada anak, jangan ragu untuk memeriksakannya ke dokter agar penyebabnya dapat diketahui dan diberikan penanganan yang tepat,” pungkas Christin.