PELAKU UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) serta ibu rumah tangga di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, beberapa hari terakhir menjelang perayaan Kemerdekaan ke-80 RI mulai kesulitan mendapatkan gas LPG 3 kilogram (kg) di pengecer dan pangkalan.
"Sudah tiga hari terakhir ini sulit mendapatkan LPG 3 kg di pengecer. Harus berburu karena selalu mendapatkan jawaban gas (LPG 3 kg) habis. Dan ketika bisa menemukan, harganya di atas Rp23 ribu atau di atas HET Rp18.000," keluh Hari, pedagang tahu kupat dan mie ayam di Sangiran, Kalijambe, Sragen, Rabu (6/8).
Begitu halnya, banyak ibu rumah tangga di sejumlah kecamatan di Kabupaten Sragen, juga mengaku dibuat pusing, atas menghilangnya gas tabung melon ini. Situasinya hampir mirip dengan kelangkaan LPG 3 kg yang terjadi pada Februari lalu.
Pencarian di tingkat pengecer dan pangkalan resmi selama beberapa hari terakhir, keberadaan LPG 3 kg seperti barang mewah. Selain sulit, harganya juga gila-gilaan, jauh di atas HET yang ditetapkan pemerintah.
Saat ini, di Bumi Sukowati ada 24 agen yang menyuplai LPG 3kg ke 1666 pangkalan, yang kemudian mendistribusikann kepada para pengecer, sebelum dibeli masyarakat kecil dan pelaku UMKM. Banyak pangkalan pasang tulisan gas LPG 3 kg habis.
Pantauan Media Indonesia, kelangkaan terasa hampir merata di berbagai wilayah kecamatan di Sragen. Kelangkaan LPG 3 kg sudah sangat dikeluhkan. Pemkab Sragen diminta segera memberikan solusi.
Beberapa hari terakhir ini, jika LPG 3 kg berhasil didapat masyarakat, harus ditebus dengan harga bervariasi, dari Rp23 ribu hingga Rp27 ribu. "Betul-betul sulit. Jika dapat pun harganya melambung luar biasa. Di Tangen wilayah DAS Bengawan Solo, LPG 3 kg jika ditemukan, harganya mencapai minimal Rp25 ribu," ujar Bu Sri, penjual latengan Jawa.
Masyarakat menduga, kelangkaan gas Elpiji 3 kg ini memunculkan spekulasi adanya permainan di tingkat distribusi. Sempat beredar isu bahwa gas untuk wilayah Sragen dialihkan ke daerah lain, meskipun belum ada konfirmasi resmi.
Pihak Hiswanamigas Solo belum bisa dikonfirmasi. Salah satu pengurus, Budi Prasetyo ketika dikonfirmasi belum bisa menjawab dengan alasan sedang sakit. (E-2)