Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian mengatakan masih ada ruang pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 50 basis poin (bps) ke level 4,50 persen hingga akhir tahun 2025.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Agustus 2025 memutuskan penurunan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi di level 5 persen, sejalan dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026, terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Kondisi kestabilan sektor keuangan yang tercapai saat ini, dengan adanya stabilitas rupiah akan terus memberikan ruang penurunan suku bunga di tengah isu pelemahan daya beli,” ujar Fakhrul dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Di sisi lain, Ia mengingatkan beberapa hal yang perlu diwaspadai, di antaranya volatilitas harga pangan di tengah terkendalinya inflasi domestik dan mulai meningkatnya belanja pemerintah.
Menurutnya, peningkatan take up rate dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diperkirakan mencapai 32.000 dapur pada November 2025, akan menjadi fenomena menarik pada tahun ini.
“Kesiapan pemerintah dalam rantai pasok pangan akan diuji. Persediaan sembako seperti beras, daging ayam, sayuran dan persediaan terkait MBG harus ditingkatkan. Tanpa eksekusi yang tepat terkait rantai pasok, kenaikan inflasi pangan akan menjadi fenomena tersendiri. Pemerintah harus mulai bersiap dari sekarang,” ujar Fakhrul.
Dari sektor keuangan, Ia melihat pasar saham Indonesia masih akan mengalami euforia setelah pemangkasan BI Rate pada Juli 2025, ditambah euforia lanjutan seiring pemangkasan pada Agustus 2025.
“Saham perbankan akan menjadi sektor yang akan membawa IHSG menuju level 8.000,” ujar Fakhrul.
Di sisi lain, Ia mengingatkan beberapa risiko yang perlu diwaspadai, di antaranya melonjaknya mata uang Yen China, kembalinya isu geopolitik, serta sulitnya transmisi kebijakan moneter ke sektor perbankan.
Pada kuartal III-2025, Ia memproyeksikan sentimen positif dapat membawa nilai tukar rupiah ke level Rp15.800 per dolar Amerika Serikat (AS), sebelum kemudian lebih menguat lagi ke level Rp15,500 dolar AS pada akhir 2025.
Ia menjelaskan, penguatan rupiah akan ditopang oleh realokasi cadangan devisa (cadev) negara-negara surplus di kawasan Asia, dari US Treasury (UST) ke instrumen negara partner dagang mereka, seperti obligasi negara Indonesia.
“Sentimen positif bisa membawa nilai tukar rupiah ke Rp15.800, sebelum kemudian lebih menguat lagi ke 15.500 di akhir tahun,” ujar Fakhrul.
Dari mancanegara, Ia memproyeksikan bank sentral AS The Fed akan memotong suku bunga acuannya sebanyak 2-3 kali dengan masing-masing sebesar 25 bps pada tahun 2025, yang dapat memberikan keleluasaan untuk kebijakan moneter dalam negeri.
Baca juga: Rupiah melemah dipengaruhi keputusan BI pangkas suku bunga acuan
Baca juga: BI: Penurunan suku bunga kredit masih lambat pasca BI-Rate dipangkas
Baca juga: OJK imbau bank bertahap sesuaikan tingkat suku bunganya
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.