TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi Jakarta meminta kepada para pedagang di Pasar Hewan Barito segera mengosongkan lahannya awal Agustus 2025 ini. Gubernur Jakarta Pramono Anung menyatakan relokasi kios-kios itu diperlukan untuk membangun konektivitas tiga taman di area tersebut, yaitu Taman Ayodya, Taman Langsat, dan Taman Leuser.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, para pedagang kompak tetap membuka kiosnya sejak imbauan itu dikeluarkan. Puluhan kios yang berjejer di kawasan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu tetap buka per Senin, 4 Agustus 2025.
Sikap itu merupakan bagian dari solidaritas para pedagang di Pasar Hewan Barito yang menolak direlokasi. Salah satunya dilakukan oleh Dimas. Dia tetap membuka kiosnya.
Dimas merupakan warga asli Barito, Jakarta Selatan. Dia sudah berjualan kucing di pasar itu sejak 2013. Ada dua alasan yang membuat dia keberatan untuk menerima tawaran kios dagangannya direlokasi oleh pemerintah.
Pertama soal lokasi baru yang disiapkan pemerintah di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Dia mengatakan telah mengecek lokasi tersebut. Namun, belum ada bangunan apa pun di sana.
"Tempat (berjualan) enggak ada. Masih kosong lahannya, masih mengambang," kata dia ketika ditemui di depan kiosnya di Pasar Hewan Barito, Jakarta Selatan pada Senin, 4 Agustus 2025.
Selain itu, tempat baru yang akan disiapkan pemerintah dinilai tidak strategis. Dia mengeluhkan wilayah Lenteng Agung yang panas terik dan kurang penghijauan. Pria berusia 33 tahun ini khawatir faktor cuaca itu bakal berdampak ke hewan-hewan yang dijual pedagang.
"Kasihan hewan-hewan yang kami jual, harus adaptasi di lingkungan baru," ujarnya.
Apalagi tempat tinggal kebanyakan pedagang ini di sekitaran Barito. Dimas menilai pemindahan tempat berdagang di lokasi yang jauh dari rumah memberatkan. "Ongkos perjalanan, bensin, energi untuk bolak-balik. Jelas ini merugikan kami," ucapnya.
Alasan kedua soal nilai historis. Pasar hewan yang dibangun pada 1987 ini dinilai telah menjadi ikon tersendiri di wilayah Barito, Jakarta Selatan. "Seharusnya kan ikon ini dijaga, bukannya dibubarkan dikosongkan," kata dia.
Alasan penolakan serupa juga disampaikan pedagang yang lain. Danang, yang juga berjualan hewan peliharaan menolak rencana pemerintah merelokasi kios-kios di Pasar Hewan Barito itu.
Dia menilai pemerintah bukan ingin merelokasi pedagang di Pasar Hewan Barito, melainkan mengosongkan agar kepentingan membangun taman bisa terlaksana. Sebab, dia berujar belum ada bangunan yang disiapkan pemerintah untuk para pedagang tersebut.
"Ini lebih kepada penggusuran, bukan relokasi. Tempatnya saja belum ada," kata dia, Senin, 4 Agustus 2025.
Dia juga keberatan dengan opsi yang ditawarkan pemerintah untuk sementara berjualan di Pasar Jaya Mampang. Menurut dia, lokasi itu tidak ideal untuk menjual hewan dan pakannya.
"Tempat sementara itu tidak memadai. Masak kami harus gotong-gotong hewan dan pakannya ke lantai atas. Apalagi banyak pedagang yang berusia lanjut, kasihan," ucap Danang yang sudah hampir sepuluh tahun berjualan di Pasar Hewan Barito.
Ratusan pedagang di Pasar Hewan Barito menolak direlokasi. Apalagi perencanaannya belum matang, sosialisasi yang minim, hingga tergesa-gesa untuk pengosongan tempat.
Danang menyarankan agar pemerintah menangguhkan rencana merelokasi pedagang di Pasar Hewan Barito hingga tahun depan. Menurut dia, Pramono Anung seharusnya menyelesaikan terlebih dahulu pembangunan gedung untuk pedagang kios di Lenteng Agung.
Sebab, dia mengatakan rencana pemerintah yang tergesa-gesa ini telah berdampak ke para pedagang. Dia mengatakan ada beberapa pedagang yang tidak fokus berjualan karena khawatir lapak berjualannya dipindah tanpa ada kejelasan dan perencanaan matang dari pemerintah.
"Ini bukan cuma sekadar relokasi, tapi juga soal nasib kami. Tolonglah dipikirkan matang-matang. Cari solusi terbaik," kata Wakil Ketua Paguyuban Pasar Hewan Barito ini.