TENTARA Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka atau TPNPB-OPM menuding, prajurit TNI di Kabupaten Yahukimo melakukan penanaman ranjau untuk menargetkan pergerakan milisi dan masyarakat yang dinilai terafiliasi dengan mereka.
Juru bicara markas pusat TPNPB Sebby Sambom mengatakan, ranjau-ranjau tersebut sengaja ditanam dan dipasang oleh prajurit TNI di logpon (rakit), Bandar udara, dan jalan utama yang kerap dilalui milisi. "Laki Magayang milisi Kodap XVI Yahukimo adalah salah satu korban kejahatan TNI-Polri di Papua," kata Sebby melalui pesan singkat, Selasa, 19 Agustus 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Laki Magayang dikabarkan tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan di Kali Bonto pada Sabtu, 16 Agustus 2025.
Selain memasang ranjau, Sebby mengklaim, prajurit TNI juga memasangkan ranjau di tubuh milisi TPNPB yang terluka. Tindakan itu, kata dia, ditujukan untuk menyerang psikologis milisi agar dihantui rasa ketakutan.
Menurut Sebby, tindakan ini seringkali dilakukan TNI di Papua, misalnya di Distrik Gome Utara dan Sugapa, Intan Jaya yang menyebabkan banyak milisi TPNPB dan masyarakat jadi korban. "Dunia harus tahu bahwa ada kejahatan perang di Papua. Dunia tidak boleh menutup mata," ujar dia.
Sementara saat dihubungi, Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel Candra Kurniawan, membantah tudingan TPNPB ihwal penamaman hingga pemasangan ranjau di tubuh korban.
Dia mengatakan, dalam melaksanakam patroli teritorial, prajurit TNI tidak dibekali ranjau peledak, sehingga informasi yang disampaikan TPNPB merupakan informasi bohong yang tak harus dipercayai. "Propaganda seperti ini sudah seringkali dilakukan untuk tujuan menarik simpati," ujar Candra.
Ihwal adanya milisi TPNPB yang tewas di Yahukimo, dia mengatakan, sejauh ini Kodam XVII/Cenderawasih belum menerima adanya informasi kontak senjata dengan milisi TPNPB.
Namun, kata dia, prajurit TNI akan terus bersiaga dan mengintensifkan patroli teritorial untuk menjaga keamanan di Yahukimo. "Tindakan terukur dilakukan berdasarkan keadaan. Penanganan awal tetap dilakukan secara humanis," ujar Candra.