Liputan6.com, Jakarta Lima hari sebelum menghadapi Valencia, Barcelona akhirnya mengumumkan kepastian lokasi laga kandang perdana mereka di La Liga musim ini. Alih-alih kembali ke Spotify Camp Nou, klub harus mengungsi ke Estadi Johan Cruyff karena izin penggunaan stadion utama tak kunjung keluar dari Dewan Kota.
Situasi ini sebenarnya bersifat sementara. Jika renovasi Camp Nou sudah rampung, satu laga di Johan Cruyff mungkin tak akan banyak berarti. Namun, dalam jangka pendek, keputusan ini memberikan pukulan telak, terutama secara finansial.
Barcelona sangat bergantung pada pemasukan hari pertandingan untuk menutup kewajiban finansial, termasuk utang besar kepada Goldman Sachs. Bermain di stadion mini dengan kapasitas jauh lebih kecil jelas memangkas potensi pendapatan klub secara signifikan.
Montjuic vs Johan Cruyff: Perbandingan yang Mencolok
Selama dua musim terakhir, Barcelona bermarkas di Estadi Olimpic Lluis Companys (Montjuic). Dari catatan musim lalu, rata-rata pemasukan laga kandang di stadion itu mencapai €2,8 juta (sekitar Rp50,3 miliar) dengan kehadiran sekitar 45.000 penonton. Rata-rata pengeluaran tiap penonton juga terhitung tinggi, sekitar €61,8 (Rp1,1 juta) per orang.
Namun, situasi berbeda terjadi di Johan Cruyff. Kapasitas stadion ini hanya 6.000 kursi, jauh lebih kecil dibanding Montjuic. Pada laga Joan Gamper Trophy, harga tiket standar berkisar €138–€198 (Rp2,4–Rp3,5 juta), sementara tiket VIP bisa mencapai €500 (Rp9 juta) dan presidential box €600 (Rp10,8 juta). Meski harga selangit, tiket habis terjual dengan 5.967 penonton hadir.
Dengan perhitungan rasio serupa, SPORT memperkirakan Barcelona hanya bisa mengantongi sekitar €370.000 (Rp6,6 miliar) dari laga kontra Valencia di Johan Cruyff. Itu berarti kehilangan potensi sekitar €2,43 juta (Rp43,7 miliar) dibanding rata-rata Montjuic.
Faktor Keanggotaan dan Tiket Musiman
Selain kapasitas, faktor tiket musiman juga memengaruhi pemasukan. Musim lalu, Barcelona memiliki sekitar 22.600 pemegang tiket musiman di Montjuic. Namun, untuk laga perdana La Liga di Johan Cruyff, klub tidak mengaktifkan tiket musiman penuh.
Sebagai gantinya, hanya 16.151 anggota yang sebelumnya punya hak akses di Montjuic diberi prioritas lewat sistem undian. Artinya, potensi kehadiran tetap terbatas dan tidak bisa menyamai atmosfer maupun pemasukan stadion besar.
Kebijakan ini membuat beban finansial semakin berat. Bukan hanya jumlah tiket yang lebih sedikit, melainkan juga keterbatasan dalam mengelola distribusi pendapatan. Situasi ini memperlihatkan betapa pentingnya kapasitas stadion besar bagi klub sebesar Barcelona.
Kerugian Besar, tapi Biaya Lebih Ringan
Meski kehilangan pendapatan miliaran rupiah, Barcelona masih bisa sedikit bernapas lega. Bermain di Johan Cruyff tidak menuntut biaya operasional tinggi seperti Montjuic. Klub tidak perlu membayar sewa stadion, dan jumlah staf maupun kebutuhan operasional juga jauh lebih kecil.
Namun, penghematan itu tidak cukup untuk menutup selisih kerugian. Dalam kondisi finansial yang rapuh, kehilangan puluhan miliar rupiah dari satu pertandingan tetap menjadi pukulan keras.
Ke depan, Barcelona tentu berharap renovasi Camp Nou segera rampung. Sebab, hanya di kandang asli mereka potensi pendapatan maksimal bisa benar-benar dirasakan. Sementara itu, Johan Cruyff hanya menjadi solusi darurat yang harus diterima dengan segala keterbatasannya.
Sumber: SPORT, Barca Universal