(Dok. Pribadi)
PERKEMBANGAN teknologi digital telah mengubah cara kita menjalani kehidupan sehari-hari: bekerja, belajar, bersosialisasi, hingga berlibur kini sering dilakukan di depan layar. Perubahan ini menghadirkan efisiensi dan peluang baru, tetapi juga membawa risiko seperti kelelahan digital, gangguan konsentrasi, menurunnya kualitas interaksi sosial, serta masalah kesehatan fisik dan mental.
Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk menerapkan manajemen tatap layar sebagai keterampilan penting yang perlu dimiliki oleh setiap orang agar dapat memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan keseimbangan kehidupan. Manajemen tatap layar bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga harus menjadi perhatian dalam kebijakan publik yang perlu disadari oleh keluarga, sekolah, dan organisasi.
Di keluarga, manajemen tatap layar dapat diwujudkan lewat pengaturan waktu penggunaan perangkat dan penguatan interaksi langsung. Di sekolah, penerapannya dilakukan melalui literasi digital, desain pembelajaran yang proporsional, serta kegiatan fisik untuk mencegah kelelahan siswa. Adapun di organisasi perlu ditetapkan aturan kerja digital yang menjaga keseimbangan antara tuntutan produktivitas dan kesehatan karyawan.
DURASI PENGGUNAAN LAYAR
Penelitian observasional dan eksperimen terbaru menunjukkan penggunaan layar dalam waktu yang lama berhubungan dengan peningkatan gejala depresi, kecemasan, gangguan tidur, serta penurunan kesejahteraan psikologis siswa.
Penelitian intervensi yang membatasi pemakaian smartphone selama beberapa minggu menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam kualitas tidur, pengurangan stres, dan berkurangnya gejala depresi. Hasil ini memperkuat dugaan adanya hubungan antara paparan layar yang berlebihan dan kesehatan mental, yang seharusnya mendapat perhatian serius dari pihak keluarga, sekolah, dan pembuat kebijakan.
Dalam lingkungan kerja saat ini, akses yang konstan terhadap aplikasi, pesan, dan pemberitahuan meningkatkan tuntutan multitasking dan menciptakan budaya yang selalu aktif, yang dapat melelahkan. Kondisi ini dapat mengurangi konsentrasi, meningkatkan stres, dan mengganggu proses pemulihan setelah bekerja. Jika hal ini terus berlangsung, produktivitas individu bisa menurun dan berdampak negatif pada keberhasilan organisasi.
Oleh karena itu, perusahaan harus menciptakan aturan kerja digital yang lebih sehat, seperti menerapkan jeda layar, membatasi interaksi setelah jam kerja, serta mengatur komunikasi internal dengan cara yang lebih terstruktur.
Interaksi digital juga memengaruhi cara kita membangun hubungan: mudah untuk terhubung dalam jumlah besar, tetapi sering kali rendah kualitasnya. Banyak remaja terjebak dalam perbandingan sosial di media sosial sehingga menimbulkan tekanan dalam identitas, perasaan tidak aman, dan kecenderungan untuk menjauh secara emosional. Minimnya kontak tatap muka membuat beberapa anak dan remaja kesulitan dalam membangun empati, mengelola emosi, dan mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan interaksi langsung tetap sangat penting untuk mendukung perkembangan sosial-emosional generasi muda di era digital.
PELUANG PEMBELAJARAN
Di balik berbagai tantangan, era layar juga memberikan banyak peluang. Teknologi digital memungkinkan akses pendidikan yang jauh lebih luas, khususnya di daerah yang memiliki keterbatasan dalam hal pengajaran atau fasilitas belajar. Pembelajaran online, platform pendidikan, dan sumber belajar digital menawarkan kepada siswa materi yang sulit dijangkau sebelumnya.
Selain itu, integrasi teknologi dapat meningkatkan literasi digital generasi muda, merangsang kreativitas, serta membantu pemerataan kualitas pendidikan di seluruh negeri melalui pembelajaran yang fleksibel dan tidak bergantung pada lokasi fisik.
Dekade digital membuat akses untuk dukungan kesehatan mental lebih mudah melalui aplikasi bantuan mandiri, konseling secara daring, dan materi edukatif berkualitas. Konsultasi melalui telepon memungkinkan masyarakat untuk terhubung dengan psikolog atau psikiater tanpa terhalang oleh jarak dan mobilitas. Ini merupakan kemajuan yang signifikan mengingat jumlah psikolog klinis di Indonesia masih di bawah angka yang disarankan oleh WHO.
Inovasi ini menciptakan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan layanan yang cepat, terjangkau, dan lebih privat sehingga bisa meningkatkan deteksi awal masalah mental dan memperluas akses kesehatan secara merata.
Pengelolaan waktu di depan layar memerlukan pendekatan yang melibatkan banyak pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan organisasi secara simultan. Di rumah, penerapan aturan sederhana seperti melarang penggunaan perangkat di meja makan atau sebelum tidur membantu membangun kebiasaan yang sehat. Di sekolah, pemakaian perangkat harus diarahkan untuk tujuan pembelajaran yang spesifik, bukan hanya untuk hiburan. Organisasi juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kerangka waktu kerja yang menghargai waktu istirahat para pekerja.
Pendidikan literasi digital sejak usia dini sangat penting agar anak-anak bisa membedakan antara penggunaan layar yang bermanfaat dan yang merugikan. Keluarga, sekolah, dan tempat kerja dapat menciptakan suasana yang mendukung perilaku digital yang sehat melalui rekayasa pilihan.
Di rumah, perangkat bisa diisi daya di luar kamar tidur untuk menjaga pola tidur tetap baik. Sekolah dapat menyediakan area bermain tanpa teknologi serta merencanakan aktivitas luar ruangan secara rutin untuk meningkatkan keseimbangan kegiatan anak. Adapun organisasi bisa menerapkan kebijakan hak untuk memutuskan sambungan agar karyawan memiliki waktu untuk pulih setelah jam kerja. Inisiatif-inisiatif lingkungan semacam ini mempermudah terciptanya kebiasaan positif.
PERBAIKAN POLA HIDUP
Pengelolaan waktu di depan layar bukanlah seruan untuk kembali ke zaman sebelum digital, tetapi merupakan ajakan untuk menciptakan keterhubungan yang lebih sehat, produktif, dan manusiawi dengan teknologi. Berbagai tantangan yang ada sangat nyata: meningkatnya masalah kesehatan mental, risiko fisik, gangguan tidur, penurunan kualitas interaksi, hingga menurunnya kemampuan konsentrasi.
Namun, di balik semua itu, teknologi tetap menghadirkan banyak manfaat bagi pendidikan, pekerjaan, dan akses ke layanan kesehatan. Kuncinya ialah memastikan penggunaan layar dilakukan secara sadar, bukan tanpa kendali dan pertimbangan yang jelas.
Kesempatan untuk memperbaiki pola hidup digital sangat luas dengan melalui pendidikan literasi digital, merancang lingkungan yang mendukung kebiasaan sehat, intervensi berbasiskan data, serta kebijakan publik yang fokus pada kesejahteraan masyarakat.
Melalui pendekatan terintegrasi dari keluarga, sekolah, organisasi, pemerintah, dan industri teknologi, kita dapat merumuskan cara yang lebih bijak dalam berinteraksi dengan layar. Upaya ini akan memastikan teknologi tetap menjadi alat yang memperkaya pengalaman manusia, memperluas kemampuan belajar dan bekerja, serta mendukung kesehatan mental, bukannya menjadi sumber kelelahan atau kerentanan baru di era digital.

2 hours ago
2






















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381302/original/077708900_1760500278-iphone_lazadaa.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5372910/original/069895800_1759804328-CampfireCookinginAnotherWorld_S2_Teaser_16x9_3840x2160.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379938/original/084405000_1760409684-1_MODENA_berbagi_inovasi_untuk_mendorong_gaya_hidup_berkelanjutan_dalam_Indonesia_International_Sustainability_Forum_2025.jpg)
English (US) ·