Liputan6.com, Jakarta Malut United bersiap memulai petualangan baru di BRI Super League 2025/2026 dengan status sebagai salah satu tim yang patut diperhitungkan. Setelah tampil mengejutkan musim lalu sebagai tim promosi, mereka kini mengusung ekspektasi lebih tinggi.
Pada musim 2024/2025 lalu, Malut United tampil memukau dengan finis di posisi ketiga klasemen akhir. Mereka sukses menyalip tim-tim besar seperti Persebaya Surabaya dan Persija Jakarta. Keberhasilan itu membuat Malut United langsung mendapat tempat sebagai perebutan gelar.
Pencapaian tersebut tentu tak lepas dari kekuatan skuad yang mereka bangun. Musim lalu, Malut United merekrut nama-nama besar seperti Yakob Sayuri, Yance Sayuri, Wahyu Prasetyo, dan Manahati Lestusen.
Kini, mereka bahkan menambah amunisi dengan menghadirkan Septian David Maulana dan Abduh Lestaluhu. Mereka juga merekrut Gustavo Franca, bek tangguh Persib Bandung musim lalu. Di atas kertas, Malut United sangat layak disebut sebagai kandidat juara musim ini.
Legiun Asing Sudah Uzur, Bisa Konsisten?
Meski punya kedalaman skuad mumpuni, keraguan tetap menyelimuti Malut United, khususnya terkait usia para pemain asingnya. Ciro Alves kini berusia 36 tahun, David da Silva berusia 35 tahun, dan Tyronne del Pino berusia 34 tahun.
Usia yang tak lagi muda tentu menjadi pertanyaan besar soal daya tahan dan konsistensi sepanjang musim. Ini bukan tentang kualitas, akan tetapi daya tahan untuk bermain pada level yang sama dari awal hingga akhir musim.
Musim lalu, David da Silva bahkan harus absen dalam banyak pertandingan bersama Persib Bandung akibat cedera. Padahal, kualitas ketiga pemain tersebut tak perlu diragukan.
Ciro Alves dan David da Silva adalah bagian penting dari keberhasilan Persib meraih dua gelar beruntun. Namun, faktor kebugaran tetap akan menjadi tantangan berat bagi mereka.
Pelatih Minim Prestasi, Tantangan di Ruang Ganti
Keraguan lain datang dari posisi pelatih kepala. Musim lalu, Imran Nahumarury berhasil mengangkat performa tim dengan cara bermain yang solid dan disiplin. Namun, karena masalah internal, Imran harus angkat kaki dan posisinya digantikan Henri Susilo.
Pergantian ini memunculkan kekhawatiran tersendiri. Henri Susilo sebelumnya dipecat Semen Padang hanya empat pekan setelah musim dimulai. Selain itu, ia juga lebih banyak berkutat di level Liga 2 ketimbang menangani klub papan atas.
Tantangan besarnya kini adalah mengelola ruang ganti Malut United yang dipenuhi pemain bertitel bintang. Ia bukan hanya harus membentuk starting XI terbaik, tetapi juga membuat keputusan berani mencadangkan nama-nama besar di skuad yang bertabur talenta.