Liputan6.com, Jakarta Luka Modric bergabung dengan AC Milan setelah 13 musim penuh kejayaan di Real Madrid. Kedatangan gelandang asal Kroasia ini menjadi salah satu transfer paling bergengsi dalam sejarah Rossoneri. Lebih mengejutkan lagi, ia datang tanpa biaya.
Transfer Modric berlangsung cepat, didorong oleh sporting director Igli Tare dan disetujui sepenuhnya oleh pelatih Massimiliano Allegri. Meski sudah berusia 39 tahun, kualitas dan pengalaman Modric dianggap terlalu berharga untuk dilewatkan.
Angka-angka statistik membuktikan bahwa performanya belum menurun, bahkan mungkin semakin matang. Modric tetap menjadi motor permainan, pengatur tempo, dan pemimpin di lapangan—baik di klub maupun tim nasional. Ia adalah seorang pemain elite.
Koleksi Trofi Sang Maestro
Modric memulai karier profesionalnya di Dinamo Zagreb, tempat ia langsung merasakan tekanan untuk juara. Dalam dua tahun saja, ia menyumbang enam gelar domestik bagi klub asal Kroasia tersebut.
Namun, puncak karier Modric tentu terjadi di Real Madrid, klub yang ia bela sejak 2012. Bersama Los Blancos, ia meraih total 28 trofi, termasuk enam gelar Liga Champions dan empat trofi La Liga.
Ia menjadi bagian penting era keemasan Madrid, termasuk tiga gelar UCL beruntun di bawah Zinedine Zidane. Gelar Ballon d'Or 2018 menjadi bukti pengakuan dunia atas kehebatannya sebagai pemain.
Masih di Puncak meski Hampir 40
Di La Liga musim lalu, Modric mencatat statistik menawan, yakni nomor 1 untuk umpan panjang akurat, nomor 2 untuk peluang tercipta, dan nomor 4 untuk assist expected (xA). Dalam laga melawan Rayo Vallecano, ia mendominasi dengan 90% akurasi umpan dan 9/10 operan panjang sukses.
Modric juga berada di nomor 99 persentil untuk umpan ke depan, nomor 97 untuk umpan progresif, dan nomor 90 untuk key passes di antara gelandang-gelandang lima liga top Eropa. Di antara tujuh liga teratas Eropa, hanya dia yang masuk 90+ persentil untuk semua kategori tersebut.
Jika dibandingkan Kevin De Bruyne musim lalu, Modric unggul dalam hampir semua aspek distribusi bola dan aksi bertahan. Ia bukan hanya kreatif, tapi juga pekerja keras yang komplet di lini tengah.
Pemimpin Kroasia yang Tak Pernah Lelah
Di Timnas Kroasia, Modric tak hanya bersinar—ia memimpin. Ia membawa Kroasia ke final Piala Dunia 2018 dan posisi ketiga pada 2022, serta final UEFA Nations League 2023.
Ia adalah pemain dengan caps terbanyak Kroasia, pencetak gol tertua di Euro, dan pemenang penghargaan Pemain Terbaik Kroasia sebanyak 13 kali. Modric menjadi simbol generasi emas Kroasia yang menolak menyerah.
Statistiknya pun mencolok, seperti saat melawan Polandia, di mana ia mencatat 136 sentuhan, 99/105 umpan sukses, dan 5 peluang tercipta. Lawan Maroko di Piala Dunia 2022, ia membukukan 100% umpan panjang sukses dan 93% akurasi umpan secara keseluruhan.
Betapa Beruntungnya AC Milan
Kesuksesan mendatangkan Modric adalah sebuah keberuntungan bagi Milan. Mereka mendapat pemain dengan mental juara, pengalaman segudang, dan performa yang masih kelas dunia.
Bagi sepak bola, Modric adalah warisan hidup tentang dedikasi, teknik, dan kecerdasan bermain. Usianya hanyalah angka karena kontribusinya masih relevan di level tertinggi.
Luka Modric adalah seorang pemain elite. Ia juga pengingat bahwa kelas sejati tak lekang oleh waktu. Kini, Milan mendapat kehormatan menjadi panggung baru sang maestro.
Sumber: Sempre Milan