Oleh : Prof Ema Utami (Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Amikom Yogyakarta)
REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia pernah menjadi pelopor dalam pemanfaatan teknologi canggih di kawasan Asia Tenggara, khususnya dalam bidang satelit dan dirgantara. Sebagai contoh, pada tahun 1995, Indonesia mencatat sejarah dengan penerbangan perdana pesawat N250 bertepatan dengan perayaan 50 tahun kemerdekaan, menandai kemajuan signifikan dalam teknologi penerbangan nasional. Namun, tanpa dukungan ekosistem yang solid, termasuk regulasi, pendanaan, riset, dan sumber daya manusia, kemajuan teknologi semacam itu sulit untuk dipertahankan dan dikembangkan. Akibatnya, saat ini Indonesia justru tertinggal dari banyak negara lain dalam penguasaan kedua bidang strategis tersebut.
Konflik bersenjata yang masih berlangsung di berbagai belahan dunia menjadi cermin nyata akan pentingnya penguasaan teknologi oleh sebuah bangsa. Dalam konteks ini, Indonesia yang baru saja merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-80 perlu merenungkan kembali makna kemandirian, terutama dalam bidang sains dan teknologi. Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan suatu negara sangat bergantung pada kemampuan mengembangkan dan menguasai teknologi strategis. Hal ini juga menjadi perhatian Presiden Prabowo, yang dalam berbagai kesempatan menegaskan urgensi penguatan sains dan teknologi nasional, termasuk saat menyampaikan pidato utama dalam acara Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 yang diselenggarakan di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Institut Teknologi Bandung (ITB), pada Kamis, 7 Agustus 2025.
Penguasaan sains dan teknologi membawa dampak besar yang tak terbantahkan, baik dalam bentuk peluang maupun tantangan. Salah satu bidang yang mengalami lonjakan pesat adalah Kecerdasan Artifisial, yang kini mendorong berbagai lompatan teknologi lintas sektor. Dalam sebuah percakapan saya bersama putri saya, Najwa Rashika, mahasiswa Teknik Dirgantara ITB, kami membahas Leap71, sebuah startup berbasis di Dubai yang berdiri pada tahun 2023. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan rekayasa mesin berbasis komputasi, dan telah berhasil memproduksi mesin roket menggunakan teknologi printer 3D. Ini merupakan lompatan besar dalam dunia rekayasa mesin yang menunjukkan bagaimana Kecerdasan Artifisial dan teknologi manufaktur aditif dapat mendisrupsi industri strategis secara signifikan. Kisah seperti Leap71 menjadi pengingat penting bahwa negara lain tengah bergerak cepat, dan Indonesia perlu menyikapinya dengan kebijakan dan ekosistem yang siap menghadapi masa depan.
Dalam menghadapi pesatnya perkembangan teknologi, khususnya yang didorong oleh kemajuan Kecerdasan Artifisial, langkah proaktif pemerintah menjadi sangat krusial. Saat ini, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tengah menyusun dua dokumen penting: Buku Putih Peta Jalan Kecerdasan Artifisial dan Konsep Pedoman Etika Kecerdasan Artifisial perlu mendapat dukungan. Kedua dokumen saat ini masih dalam tahap konsultasi publik tentu diharapkan dapat menjadi fondasi bagi terbentuknya ekosistem Kecerdasan Artifisial yang kuat, etis, dan berkelanjutan di Indonesia. Melihat pesatnya kemajuan teknologi berbasis Kecerdasan Artifisial di berbagai negara, Indonesia perlu segera mengambil langkah strategis agar tidak kembali tertinggal.
Perkembangan teknologi berbasis Kecerdasan Artifisial juga menuntut kesadaran kolektif akan berbagai dampak yang mungkin ditimbulkannya. Para pemangku kepentingan dan pembuat kebijakan perlu memiliki visi yang sama untuk memastikan bahwa pemanfaatan Kecerdasan Artifisial berlangsung secara bertanggung jawab dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat. Sejarah telah membuktikan bahwa negara yang mampu menguasai teknologi strategis akan memiliki keunggulan kompetitif, baik secara ekonomi, politik, maupun pertahanan. Oleh karena itu momen hadirnya kemajuan bidang Kecerdasan Artifisial harus benar-benar mampu dimanfaatkan. Momentum kehadiran Kecerdasan Artifisial ini tidak boleh disia-siakan.
Kini saatnya penguasaan sains dan teknologi bukan sekadar wacana, tetapi dijadikan sebagai fondasi utama untuk membawa Indonesia menuju masa depan yang berdaulat, maju, dan bermartabat. Untuk menjawab berbagai tantangan global dipastikan membutuhkan langkah nyata dan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat harus bergerak bersama membangun ekosistem teknologi yang inklusif, berkelanjutan, dan berorientasi pada kemandirian bangsa. Indonesia memiliki potensi besar, baik dari segi sumber daya manusia maupun semangat inovasi, untuk melakukan lompatan teknologi yang signifikan. Sudah saatnya Indonesia mengambil langkah nyata untuk menguasai dan memanfaatkan sains serta teknologi sebagai kunci kemajuan dan kemandirian bangsa. Ayat ke-11 dari Surat Ar-Ra’d dapat menjadi pegangan bersama untuk menghasilkan lompatan inovasi bagi bangsa, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri” Wallahualam.