
PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatat laba bersih hingga akhir Agustus 2025 sebesar Rp 176,61 miliar, naik 139,41 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 73,35 miliar.
Berdasarkan laporan perseroan, Minggu (19/10), kenaikan laba didorong oleh pendapatan bunga bersih yang senilai Rp 1,56 triliun per Agustus 2025 atau naik 64,40 persen secara tahunan.
Sementara itu, penyaluran kredit sebesar Rp 22,69 triliun pada Agustus 2025, naik 39,03 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 16,32 triliun. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, pertumbuhan ini ditopang oleh ekspansi bisnis digital dan peningkatan jumlah nasabah yang memanfaatkan layanan keuangan berbasis teknologi.
Head of Sustainability & Digital Lending Bank Jago, Andy Djiwandono, menjelaskan kinerja tersebut memperkuat posisi Bank Jago sebagai bank digital yang tak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga pada penciptaan nilai sosial dan keberlanjutan. Dia menjelaskan bahwa pertumbuhan pembiayaan harus sejalan dengan upaya menciptakan dampak sosial.
“(Perusahaan) nggak cuma ngejar cuan tapi juga punya nilai sosial. Mungkin semacam multi bottom line gitu yang nggak cuma profit tapi juga impact,” ujarnya.

Multi bottom line atau triple bottom line merupakan komitmen perusahaan untuk mengukur dampak sosial dan lingkungan mereka selain kinerja keuangan atau selain fokus pada menghasilkan laba.
Menurut Andy, Bank Jago kini mengusung konsep responsible lending atau pembiayaan yang bertanggung jawab, yang berlandaskan pada Principles of Responsible Banking (PRB) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pendekatan ini menekankan aspek transparansi, kemampuan bayar, dan edukasi finansial agar nasabah dapat mengambil keputusan yang bijak.
“Semua informasi mengenai hak dan kewajiban nasabah harus jelas di depan dan tidak ada biaya tersembunyi. Tujuannya agar mereka tetap sehat secara finansial, bukan agar bank cepat untung,” tutur Andy.
Langkah tersebut menjadi bagian dari peta jalan keberlanjutan (sustainability roadmap) Bank Jago, yang fokus pada inklusi keuangan dan literasi kesehatan keuangan. Andy menegaskan bahwa sebagai bank digital, Bank Jago akan memperluas akses layanan keuangan bagi masyarakat sekaligus meningkatkan kemampuan dalam mengelola keuangan.
“Intinya, kami ingin bantu orang punya akses ke layanan keuangan secara mudah karena kita ini digital. Lebih dari itu, layanan kita juga harus bisa bantu orang lebih pintar dalam mengelola keuangannya,” jelasnya.
Selain mendorong inklusi, Bank Jago juga menyalurkan kredit kepada individu maupun pelaku usaha kecil dan menengah yang memiliki dampak sosial terukur. Ke depan, Bank Jago membuka peluang menyalurkan green loans atau pembiayaan ramah lingkungan, serta menerbitkan obligasi berkelanjutan untuk mendukung kegiatan yang selaras dengan prinsip ESG (environmental, social, governance).
Dia menjelaskan, Bank Jago juga tengah mengembangkan fitur AI-powered financial health navigator dalam Aplikasi Jago. Fitur ini akan membantu pengguna memahami kondisi keuangannya melalui analisis arus kas, saldo tabungan, dan kewajiban utang, untuk menghasilkan skor kesehatan finansial yang dipersonalisasi.
Dengan berbagai inisiatif tersebut, Bank Jago berupaya membangun ekosistem keuangan digital yang tidak hanya efisien dan inklusif, tetapi juga berkelanjutan. “Tantangan kami adalah bekerja menyeimbangkan output profit dan menciptakan dampak sosial. Namun culture di sini sangat mendukung, sehingga saya yakin kami bisa menanamkan nilai sosial di jantung inovasi Bank Jago,” pungkas Andy.