Jakarta (ANTARA) - Jenama lokal Nona Rara telah berhasil menciptakan dampak signifikan dalam pelestarian batik sekaligus memberdayakan hingga puluhan perajin lokal.
Didirikan secara resmi pada tahun 2011 oleh Pipiet Noorastuti dan Atiek Octrina yang merupakan dua saudara asal Solo, yang memiliki keinginan sederhana untuk menciptakan batik dengan nuansa yang lebih modern dan berwarna.
"Jadi pas mereka kuliah, pindah ke Jakarta, mulai masuk kerja, mau pakai batik kok merasa warnanya gini aja ya, coklat atau warna gelap. Jadinya mereka berpikir, aku pingin nyiptain sesuatu yang beda nih, tapi masih batik, masih bener-bener batik. Akhirnya mereka kepikiran, kenapa kita tidak coba saja nih, tetangga kita pada di Solo, kita cek mereka punya kain apa, terus kita bikin jadi baju," kata Brand Manager Nona Rara Batik Yunita Stefani dalam konferensi pers Hari Batik Nasional yang diselenggarakan Tokopedia di Jakarta, Rabu.
Yunita menjelaskan, dengan latar belakang keluarga perajin batik, keduanya ingin memperkenalkan batik yang tak hanya klasik, tetapi juga segar dan dinamis.
Baca juga: Monomom X Nona Rara Batik rilis koleksi busana ramah menyusui
Baca juga: Mengantar karya pengrajin Garut & Pekalongan jadi busana batik modern
Dalam 13 tahun perjalanannya, Nona Rara telah bermitra dengan lebih dari 30 perajin yang tersebar di Jawa dan Bali. Keberhasilan Nona Rara tidak hanya terlihat dari koleksi batiknya yang berkualitas, tetapi juga dari pemberdayaan perajin lokal yang semakin berkembang bersama mereka.
Beberapa perajin bahkan telah bekerja sama dengan Nona Rara sejak satu dekade lalu, dan kini memiliki workshop sendiri, yang menandakan tingkat kolaborasi dan diskusi yang semakin meningkat antara pengrajin dan pihak Nona Rara.
Menurut Yunita, salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana menjembatani perajin dengan para pelanggan, serta edukasi terkait proses panjang dalam pembuatan batik.
"Kami ingin para pengguna batik juga memahami bahwa batik itu memiliki nilai lebih, tidak bisa dibuat secara instan. Ada mindfulness dalam setiap prosesnya," ujarnya.
Selain itu, Nona Rara juga mengusung prinsip sustainable fashion dalam menjalankan bisnisnya.
Kain batik yang dihasilkan melalui proses manual oleh para perajin dihargai dengan perawatan yang baik, mulai dari cara mencuci hingga penggunaan sehari-hari. Bahkan sisa-sisa kain batik atau perca diolah kembali menjadi produk aksesoris melalui sub-brand "Part of Nona Rara", yang lebih kasual dan ramah lingkungan.
Kini, dengan dukungan berbagai kampanye dan kolaborasi melalui platform digital seperti Tokopedia, pelanggan Nona Rara telah meningkat tiga kali lipat dalam setahun terakhir, dengan peningkatan pendapatan sebesar 10-15 persen.
Nona Rara tidak hanya menjadi jenama batik yang stylish, tetapi juga simbol pemberdayaan ekonomi lokal dan pelestarian budaya yang berkelanjutan.
Baca juga: Jenama kuliner turut rayakan Hari Batik
Baca juga: TikTok Shop dan Tokopedia dukung pertumbuhan pengusaha batik lokal
Baca juga: Kolaborasi dua jenama hadirkan baju pernikahan nuansa oriental & Jawa
Pewarta: Putri Hanifa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024