Guru Besar UIN: Strategi Adu Domba Berbasis Agama Kerap Dimanfaatkan ISIS untuk Deligitimasi Ulama

1 day ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON --  Di tengah derasnya arus informasi di media sosial, politik adu domba berbasis sentimen agama kian mengancam persatuan bangsa. Propaganda keagamaan yang dikemas dengan narasi kebencian dan pemisahan 'kita' versus 'mereka; kini menjelma menjadi senjata ampuh untuk memecah belah masyarakat, terutama generasi muda yang aktif di ruang digital. Fenomena ini bukan sekadar perdebatan ideologis, tetapi menjadi ancaman serius bagi fondasi kebangsaan jika tidak segera disikapi dengan bijak.

Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Nurjati Cirebon, Prof Didin Nurul Rosyidin menilai strategi adu domba berbasis agama di dunia maya kerap dimanfaatkan kelompok ekstrem seperti Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) untuk mendelegitimasi pemerintah dan ulama moderat. 

Prof Didin menilai strategi ini, yang kerap digunakan oleh kelompok ekstremis untuk menyasar generasi muda guna menyebarkan propaganda dan pengaruhnya. Hal ini muncul sebagai respons atas penangkapan anggota jaringan kelompok yang terafiliasi ISIS di Sumatera Utara dan Sumatera Barat pekan lalu. 

Ia mengatakan biasanya kelompok ekstremis-jihadis ini membawa narasi penyederhanaan dunia yang dinamis menjadi realitas biner, laiknya hitam-putih atau surga-neraka. Atas dasar itu, siapapun yang tidak sejalan dengan mereka, termasuk pemerintah, para ulama moderat, bahkan keluarga sekalipun, akan dianggap sebagai musuh yang harus dilawan.

“Dunia dibagi secara sederhana menjadi kita dan mereka, kawan dan musuh,” ujarnya di Cirebon, Rabu (15/10/2025).

Alumni dari Universitas Leiden, Belanda ini mengungkapkan ancaman terbesar dari propaganda dan adu domba ini adalah rusaknya fondasi kebangsaan negara, yang akan meruntuhkan sistem kenegaraan dan mengakibatkan perpecahan antar anak bangsa. Didin mengungkapkan, rongrongan ini kerap dieksploitasi dan dimanipulasi dengan bumbu ayat-ayat suci. Misalnya membenturkan Pancasila dengan dalil agama dan menganggapnya sebagai produk manusia yang tidak sebanding dengan wahyu Tuhan. Padahal hal ini bukanlah hal yang patut disandingkan. 

“Itulah mengapa gerakan-gerakan radikal teroris terus mempersoalkan Pancasila agar sendi (fondasi) utamanya  benar-benar hancur,” kata Prof Didin. 

Prof Didin mengatakan terdapat dua faktor sosial-politik yang menjadi alasan utama mengapa propaganda ini kerap berhasil mempengaruhi anak muda. Pertama, kegagalan dalam pendidikan kurikulum agama dalam memberikan pengetahuan dan pengalaman beragama. 

Menurutnya, masih banyak ustaz dan kyai yang lebih memfokuskan pada akumulasi pengetahuan agama tentang masa lalu dan bukan memfokuskan bagaimana beragama untuk masa depan. Akibatnya, pelajaran agama menjadi semakin kehilangan relevansinya bagi anak muda.

“Mereka sibuk bolak-balik kitab kuning dan ajaran serta pemikiran ulama klasik tapi gagal untuk mengkontekstualisasikan untuk masa kini dan masa depan," kata Didin. 

Kemudian, lanjut Prof Didin, berkembangnya teknologi dan munculnya budaya popular dalam beragama juga mempengaruhi kerentanan anak muda. Di mana agama diukur dengan sebuah viralitas dan kepopuleran yang sifatnya instan dan tidak sustainable. 

Siapa yang bisa mengendalikan budaya pop beragama, lanjut Prof Didin, maka model beragama itulah yang menarik anak muda. Sehingga masyarakat, khususnya anak muda gagal menemukan esensi beragama yang benar. Karena itu beragama harus didasarkan pada pengetahuan yang memadai agar tidak terjebak pada hal-hal aksesoris dan melupakan esensinya sebagai rahmat untuk semesta alam.

“Golongan anak muda yang berfikir instan, minim pengetahuan dan penghayatan agama menjadi sasaran empuk untuk segala bentuk propaganda termasuk pada bidang agama,” tukas Didin. 

Putra daerah asal Kuningan, Jawa Barat ini mengungkapkan bahwa tidak ada solusi tunggal untuk bisa menangkal propaganda yang meluas di era digital ini. Diperlukan kerjasama multipihak untuk bersama-sama membangun ekosistem religiusitas yang positif. Selain itu, Didin menekankan, perlunya ruang dialog antar umat beragama untuk mengikis perbedaan, dan rasa curiga demi membangun persatuan dan kesatuan bangsa. 

“Di sinilah perlunya ruang dialog yang terbuka dan jujur tanpa penghakiman untuk bisa menarik anak-anak muda untuk tertarik dan terlibat dalam kajian keagamaan," katanya.

Read Entire Article