Jakarta (ANTARA) - Kalangan ekonom menilai rencana kehadiran Bank Umum Syariah (BUS) yang merupakan hasil penggabungan unit usaha syariah (UUS) BTN dengan Bank Victoria Syariah (BVIS) bakal mewarnai industri perbankan syariah nasional.
Menurut Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat, di Jakarta, Jumat, calon BUS baru ini dinilai memiliki pengalaman dan pengetahuan yang mumpuni dalam pembiayaan perumahan berprinsip syariah serta layanan perbankan lainnya yang dibutuhkan masyarakat.
Hal itu, katanya lagi, terbukti dengan positioning BTN Syariah yang telah menguasai 28 persen pangsa pasar pembiayaan perumahan berbasis syariah secara nasional per Oktober 2024, lebih spesifik lagi, di pasar pembiayaan perumahan subsidi syariah, BTN Syariah telah menguasai 90 persen.
"BTN Syariah akan bermetamorfosis menjadi bank syariah baru yang kekuatannya tidak akan kalah dari pemain besar yang mendominasi perbankan syariah nasional seperti Bank Syariah Indonesia (BSI)," kata dia dalam keterangannya.
Hal itu, ujarnya pula, tidak lepas dari dukungan konsisten yang diberikan induknya selama ini, yaitu BTN, sehingga kehadiran BTN Syariah dengan potensi pertumbuhannya yang pesat telah ditunggu-tunggu oleh pasar.
Dukungan kuat induk usaha tercermin dari pertumbuhan bisnis BTN Syariah yang tetap positif dalam situasi dinamika perekonomian domestik dan global.
Selama 20 tahun terakhir, BTN Syariah bertumbuh double-digit berdasarkan pertumbuhan rerata per tahunnya (compound annual growth rate/CAGR), misalnya pada 2009, total aset BTN Syariah baru mencapai Rp2,25 triliun, namun per akhir 2024 nilainya Rp61 triliun atau rata-rata bertumbuh 22,83 persen setiap tahunnya.
Pertumbuhan ini dijaga konsisten oleh BTN Syariah, bahkan dengan level yang lebih tinggi dari induknya sendiri. Terlihat dari pencapaian kinerja per kuartal I-2025, yang menunjukkan pembiayaan yang naik 18,2 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp46,3 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp39,1 triliun.
Emir menyebutkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BTN Syariah juga terus terjaga, tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 19,9 persen yoy menjadi Rp51,4 triliun pada akhir Maret 2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp42,9 triliun.
Menurut dia, pencapaian positif BTN Syariah yang konsisten ini harus didukung dengan mesin yang lebih besar, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat merasakan manfaatnya, yang pada akhirnya industri perbankan syariah nasional juga akan diuntungkan.
"Kehadiran BTN Syariah sebagai pemain baru dengan status BUS telah memiliki expertise di bidangnya dengan berbagai layanan perbankan syariah unggulan yang dimilikinya menjadi hal yang urgent saat ini," katanya pula.
Dia menambahkan, saat ini masih banyak area dan segmen masyarakat yang belum banyak terjamah oleh layanan syariah yang ada dan itu tidak mungkin jika hanya dilayani oleh satu pemain saja.
Direktur Center Banking Crisis Deni Daruri mengkhawatirkan kehadiran BUS hasil penggabungan UUS BTN dengan BVIS kehilangan momen jika terlalu banyak prosedural yang harus dilalui dalam pemenuhan izin dari regulator.
Deni mengakui bahwa proses tersebut harus dilakukan dengan tata kelola (governance) yang baik, namun proses menuju ke sana hendaknya tidak berbelit-belit, contohnya pemenuhan salah satu aspek yang pada akhirnya menyita waktu panjang.
Menurut dia, keputusan Presiden melalui Menteri Sekretaris Negara atas surat dari Menteri BUMN untuk restrukturisasi UUS BTN dengan model spin off yang akan dilakukan BTN sudah ada.
"Ini kan keputusan tertinggi dan di bawahnya tinggal mengikuti, tidak harus berbelit-belit. Persetujuan tersebut sudah ada sejak Mei 2025 dan sekarang sudah Agustus 2025, artinya sudah 3 bulan prosesnya belum kelihatan hasil," katanya.
Padahal, mengutip pernyataan Dery Januar, Direktur Utama PT Bank Victoria Syariah (BVIS), proses untuk terbentuknya BUS tersebut harus dimulai dengan RUPSLB yang akan diselenggarakan pada Agustus tahun ini.
RUPSLB inilah nanti yang akan memutuskan langkah selanjutnya menuju spin off yang harus pula diputuskan dalam RUPSLB BTN dan juga BVIS. Setelah itu, operasional BUS tersebut dapat berjalan yang diharapkan paling cepat pada November 2025.
Baca juga: Rektor UMSU: Bank Mini sarana pembelajaran ekonomi syariah di kampus
Baca juga: BTN: Spin-off BTN Syariah tunggu RUPSLB Bank Victoria Syariah
Pewarta: Subagyo
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.