
Atlet motorsport Julian Johan bakal berlaga di balapan Rally Dakar pada 3-17 Januari 2026 di Arab Saudi. Pria yang akrab disapa Jeje ini berkolaborasi bareng workshop asal Prancis yang punya pengalaman dalam hal penyediaan mekanik, dan keperluan teknis di ajang reli paling ganas tersebut.
Jeje bercerita, karena baru perdana ikut kompetisi ini, maka pilihan untuk menggunakan mobil sewa adalah keputusan tepat ketimbang membangun sendiri di Indonesia. Terlebih bermitra dengan Compagnie Saharienne yang punya pengalaman di reli Dakar.
"Mereka sudah tahu mobilnya seperti apa regulasinya, jadi bisa minimalisir risiko mobil yang speknya tidak sesuai. Mobil plus tim mekaniknya dari sana, jadi saya di sini bisa fokus persiapan termasuk mencari sponsor lah," buka Jeje saat dihubungi kumparan.

Pria kelahiran Jakarta itu akan terjun di kelas klasik mengandalkan Toyota Land Cruiser 100. Katanya kategori itu terbilang baru dan sudah ada sejak 2021, dikhususkan untuk mobil lansiran 2005 ke bawah.
“Kategori ini bikin saya tertarik karena bisa dibilang paling ramai pesertanya. Isinya mobil lama yang udah legendaris, seperti Pajero, Land Cruiser, atau G-Class lama itu semua ikut. Bikin orang jadi nostalgia, makanya pesertanya ramai,” tambahnya.

Lebih ekstrem dari balap reli AXCR
Sebelum turun ke balapan reli paling ekstrem di dunia itu, Jeje juga pernah mengikuti Asia Cross Country Rally (AXCR). Meskipun sama-sama menantang, menurutnya ada banyak perbedaan antara perhelatan AXCR dengan Rally Dakar.
Tak cuma mengandalkan kecepatan, melainkan kemampuan navigasi, ketahanan fisik, dan daya tahan kendaraan ikut dipertaruhkan. Jarak tempuhnya juga terbilang jauh hingga delapan ribuan kilometer memakan waktu dua pekan kompetisi.

Belum lagi karakter medannya. Bila AXCR berupa hutan tropis, jalur berlumpur, sungai atau jalan pedesaan, maka Rally Dakar ini melibas gurun pasir yang luas, bukit berpasir, bebatuan, lembah, hingga medan jalan yang sangat ekstrem.
"Ini empat kali lipatnya dari AXCR. Jaraknya 8 ribu kilometer selama dua minggu dan boleh dibilang balapan paling lama dan paling panjang yang pernah ada. Lalu yang bikin berat medannya gurun pasir, tentu buat saya semakin menantang dan harus belajar dulu untuk nguasain teknik nyetir di pasir dan cuaca panas pastinya," sambung Jeje.

Bedanya lagi adalah Jeje tidak akan tandem dengan Recky Resanto sebagai navigator seperti di AXCR. "Saya memutuskan berpasangan dengan co-driver dari Eropa yang punya pengalaman di Dakar, jadi saya coba realistis dan minimalisir risiko misalnya tersesat atau miss dengan aturan mainnya," katanya.
Dalam Rally Dakar 2026 nanti, Jeje menargetkan untuk bisa finish. Sebab bisa finish di kejuaraan tersebut maka sama halnya seperti menyelesaikan reli terberat yang punya tingkat kesulitan tinggi hingga tingkat kegagalan tinggi sampai 50 persen.
“Targetnya finish, kalau tercapai maka jadi pebalap Indonesia pertama yang menyelesaikan Dakar. Dulunya akhir 80-an ada Pak Tinton Suprapto dan Pak Kasih Hanggoro tahun 2010 itu tidak sampai finish, hanya bertahan di etapa awal saja,” ujarnya.

Jelang menuju kompetisi, Jeje melakoni persiapan mengasah kemampuan menyetir hingga teknis di gumuk pasir Parangtritis Yogyakarta menggunakan Toyota Fortuner.
"Selanjutnya tanggal 7 September latihan di Maroko di Gurun Sahara sekalian simulasi seakan-akan ikut kejuaraan reli dan sudah menggunakan Land Cruiser yang memang akan dipakai balap nanti," tuntasnya.
***
Laporan: Alvian Yoga Yulianto